November 28, 2016

Riba Berujung Maut: Nasabah Citibank Mati Dibunuh Debt Collector

Citibank Debt Collector
Harusnya Direktur dan Komisaris Bank turut dipenjara karena merekalah yang membayar para pembunuh tsb. Media Massa harus mengumumkan nama Bank tsb agar para nasabah Bank tidak memakai jasa Bank tsb. Karena tak semua kredit macet itu terjadi akibat nasabah nakal. Bisa saja karena usahanya bangkrut, dsb.
Membengkaknya tagihan dari pinjaman awal Rp 48 juta jadi Rp 100 juta, menunjukkan riba/bunga yang diambil terlampau mencekik leher. Lebih besar rente-nya daripada pinjamannya. Siapa pun juga malas membayar bunga sebesar itu!

Di satu negara, seseorang yang berhutang €2.000 ke Citibank meski membayar 90€ tiap bulan, ternyata dalam 2 tahun tagihannya bengkak jadi 4.000€. Padahal dia sudah membayar lebih dari 2.100€! Jadi ribanya sangat besar. Tak lebih dari rentenir biasa! Lihat tulisannya:
He used the Citbank credit, about €2,000 to be paid monthly for 90€.
2 years after that, his debt is ….. 4,000€

Selain itu, Muji, juga nyaris buta karena dianiaya oleh Debt Collector Bank. Menkumham, Patrialis Akbar, cuma gara-gara telat bayar kredit Rp 2 juta saja dicaci-maki dan diancam oleh Debt Collector Citibank sehingga sakit hati. Sementara saat Meutia Hafidz disandera di Iraq, ibunya justru diteror Debt Collector Citibank karena Meutia Hafidz tidak bisa membayar cicilan kredit. Bayangkan jika ibunya meninggal karena stroke/stress akibat teror Debt Collector Citibank? Begitukah cara Debt Collector Citibank “melayani” nasabah Citibank?
Agresifnya para marketing Bank menawarkan KTA (Kredit Tanpa Agunan) via SMS, mal-mal segala macam tanpa prosedur Bank yang standar (penghasilan nasabah, harta nasabah) sehingga pengecekkan alamat nasabah (nomor telpon dan alamat rumah) mengakibatkan banyak kredit macet karena nasabah tidak mampu atau bangkrut. Para Debt Collector juga sering menelpon alamat yang salah sehingga justru orang lain yang kena teror berupa kata-kata kotor.
Gubernur Bank Indonesia (BI) harusnya juga melindungi nasabah Bank dari premanisme Bank karena belum tentu kredit macet karena nasabahnya nakal. Bisa jadi karena nasabah tsb sedang mengalami kesulitan ekonomi. Dan hal itu juga tak lepas dari kesalahan Bank sendiri yang tidak mensurvey kondisi ekonomi nasabahnya.
Hasil visum Sekjen Partai Pemersatu Bangsa (PPB) Irzen Octa yang dikantongi polisi juga aneh. Di situ disebut tidak ada tanda pukulan benda keras di tubuh pria 50 tahun itu. Debt collector Citibank menginterogasi denganmenendang kursi dan memukul tangan Irzen.
Tapi kenapa Irzen mengalamipecah di pembuluh darah di kepala. Hal itu mengakibatkan memar di batang otak dan ada luka lecet di tengah hidung?. Dan darahnya menempel di gorden dan dinding kamar di Citibank?
Lebih aneh lagi polisi tidak mengenakan pasal Pembunuhan meski korban tewas di depan kantor para tersangka dalam waktu kurang dari 1 jam setelah penyiksaan.
Bisa jadi kasus tewasnya Irzen oleh Debt Collector Bank ini cuma permukaan kecil dari Gunung Es yang muncul di permukaan. Nasabah yang tewas/cacat baik fisik mau pun psikis yang tidak ketahuan/diberitakan mungkin jauh lebih banyak lagi.
Citibank sangat berbahaya. Marketingnya kelewat agresif menawarkan kredit tanpa agunan kepada karyawan2 kecil dgn memalsu slip gaji. Yg penting dapat komisi. Riba dan Denda/penaltinya gila. Hingga jika telat, dalam 3 tahun saja pinjaman Rp 2 juta bisa jadi Rp 10 juta. Jika tak bayar, Debt Collectornya akan menteror secara fisik dan psikis sehingga korban meninggal. Saya yakin selain Irzen banyak nasabah Citibank yg meninggal karena teror tsb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar