Di masa peralihan musim, biasanya, banyak muncul
kejadian luar biasa (KLB) sampai wabah penyakit. Untuk menghindarinya, kita
mesti menjaga kebersihan makanan dan menerapkan pola hidup sehat.
=========
Sejak pekan ketiga November sampai pekan pertama Desember 2015,
puluhan mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) menderita hepatitis A. Bahkan,
ada seorang mahasiswa IPB yang meninggal dunia. Pihak IPB pun menyatakan
Kejadian Luar Biasa (KLB) atas terjadi infeksi hepatitis A tersebut. Jumlah
kasus terus meningkat bahkan sampai puluhan mengingat kejadiannya berawal di
kampus maka jumlah yang terinfeksi bisa lebih besar lagi. Bila tidak dilakukan
upaya-upaya pencegahan yang signifikan, KLB ini bisa menjadi wabah.
Menurut pengamat kesehatan yang juga Staf Pengajar Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Dr. Ari F. Syam Sp.Pd, infeksi
hepatitis A merupakan infeksi yang endemis di masyarakat kita. Dari pengalaman klinis Ary F. Syam, jumlah
kasus akan meningkat di akhir kemarau dan di masa awal musim hujan seperti saat
ini.
Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan IPB, Yonny
Koesmaryono, menegaskan, hepatitis A yang merebak di kampus bukan merupakan
wabah. Namun, dia mengakui jika kondisi saat ini masuk dalam kategori KLB.
"Mahasiswa saat ini dalam kondisi yang sangat sibuk untuk
menghadapi ujian akhir semester (UAS), sehingga mungkin mereka tidak
memerhatikan pola makan. Sedangkan makanan yang tersedia belum tentu bersih.
Ditambah memasuki musim hujan yang menyebabkan sanitasi terhambat," jelas
Yonny.
Tidak hanya penetapan KLB, IPB juga mengambil langkah-langkah
pencegahan dan penanganan kasus hepatitis. Salah satunya dengan membentuk
kelompok kerja (Pokja) Pencegahan dan Penanggulangan Hepatitis di Lingkungan
Kampus IPB, sebagaimana dilansir dari laman IPB.
Pokja penanggulangan wabah hepatitis beranggotakan unit-unit
kerja terkait di lingkungan IPB di antaranya seafast Center (aspek food safety),
Fakultas Kedokteran Hewan (aspek zoonosis dan kesehatan masyarakat), Departemen
Gizi Masyarakat (aspek gizi), Direktorat Pengembangan Bisnis (aspek pengelolaan
kantin di lingkungan IPB dan sekitarnya).
Selain itu, masih ada Direktorat Kemahasiswaan (aspek
kesejahteraan mahasiswa), Poliklinik IPB (aspek kuratif), Biro Umum (aspek
kebersihan lingkungan kampus), Organisasi Kemahasiswaan IPB - Biro Hukum,
Promosi dan Humas (aspek informasi dan komunikasi).
Pihak IPB berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota dan
Kabupaten Bogor untuk tindak lanjut secara komprehensif. Secara khusus,
Poliklinik IPB akan melakukan langkah-langkah koordinatif untuk penanganan
kasus ini.
"Melalui langkah-langkah tersebut diharapkan kasus
berjangkitnya hepatitis di lingkungan kampus IPB bisa segera ditangani dan dicegah
penyebarannya," tutur Yonny Koesmaryono.
Bersama Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Pokja langsung bergerak
melakukan penelusuran penyebab awal mewabahnya virus tersebut di kalangan
mahasiswa.
"Kami sudah melakukan tindakan pencegahan, mengontak Dinas
Kesehatan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan, tim surveilans juga bergerak
mencari pola penyebarannya seperti apa," jelas Prof Yonny Koesmaryono, akhir
pekan lalu.
Kepala Bidang Pencegahan, Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, dr Koesnadi, mengatakan hasil
penelusuran akan diketahui setelah sampel makanan dan air yang diambil oleh tim
surveilans selesai diuji laboratorium. "Polanya baru bisa diketahui
setelah hasil laboratorium keluar sekitar 1--2 minggu lagi," tambahnya.
Penularan Hepatitis A melalui oral itu bisa bersumber dari
makanan yang dikonsumsi, atau air yang digunakan untuk minum, membersihkan
peralatan makan.
"Upaya penyembuhan pasien menjadi utama, agar jangan sampai
terjadi penularan, harus memutus mata rantainya. Caranya hati-hati makan di
luar, pastikan keadaan warung bersih dan menerapkan pola higienis," kata
Koesnadi.
Kepala Seksi Surveilans dan Epidemiologi, Dinas Kesehatan
Kabupaten Bogor, Yessi Desputri, menambahkan, penularan Hepatitis A melalui
oral, memiliki masa inkubasi 15 sampai 50 hari lamanya. "Kami mencari akar
masalahnya, untuk mencari tahu polanya seperti apa sehingga pemeriksaan
epidemiologi tidak menyebar ke mana-mana," terangnya.
Upaya menelusuri pola penyebaran dilakukan dengan mendata
mahasiswa yang terjangkit dan sudah sembuh. Mereka ditanyakan sebelum sakit
makan apa, dan di mana. Apakah mereka yang terjangkit berasal dari fakultas
yang sama, atau asrama yang sama, atau satu tempat tinggal (indekos), atau
makan yang sama di satu tempat, atau satu tempat ibadah yang sama. "Keterangan
ini kita urut ke belakang, dari situ akan ketahuan polanya seperti apa, dan
faktor risiko ada di mana," katanya.
Menurut Yessy Desputri, kondisi fisik mahasiswa yang rentan
akibat tingginya aktivitas belajar ditambah cuaca musim hujan turut memicu
mudahnya seseorang terserang virus tersebut. Upaya menerapkan pola hidup bersih
dan sehat dengan mencuci tangan sebelum makan diyakini dapat mencegah 80%
penularannya.
"Perlu kewaspadaan, terutama di musim hujan. Biasanya
penyakit yang kerap menucul adalah diare dan DBD. Tapi hepatitis juga muncul,
ini perlu diwaspadai. Penyakit Hepatitis A ini gejalanya banyak tapi ringan,
berbeda dengan Hepatitis B gejala sedikit tetapi berat (berbahaya)," tandasnya.
(BN)
Boks:
Tentang Penyakit Hepatitis A
Apa sesungguhnya penyakit Hepatitis A? Bagaimana pula penularan
atau penyebarannya? Dr. Ari F. Syam Sp.Pd, pengamat kesehatan yang juga Staf
Pengajar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, menyampaikan
beberapa hal yang perlu diketahui mengenai penyakit ini.
Hepatitis A adalah infeksi hati yang disebabkan oleh virus
hepatitis A, ditularkan melalui makanan
dan minuman tercemar, dan juga melalui kontak langsung. Selain itu hubungan
seksual juga bisa menjadi penyebab tertular hepatitis A jika melakukan seksual
secara anal atau oral.
Virus ini terdapat pada
feses pasien yang terinfeksi. Sebab itu, makanan dan minuman menjadi media
utama penularan infeksi ini.
Biasanya pasien dengan hepatitis A datang ke dokter sudah kuning
dan buang air kecil seperti air teh. Gejala yang timbul bisa ringan sampai
berat. Bahkan, jika terjadi hepatitis fulminan akibat virus hepatitis A ini
maka dapat menyebabkan kematian.
Sebelumnya pasien mengalami common cold, seperti orang
yang mengalami gejala flu, sakit-sakit badan, mual dan kadang disertai muntah,
nafsu makan menurun dan lemas. Pasien juga merasakan nyeri di perut kanan atas
karena memang pasien dengan infeksi hepatitis A yang meradang adalah livernya
yang sebagian besar berada di perut kanan atas.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan kadar bilirubin
dan peningkatan yang tinggi dari SGOT dan SGPT. Pemeriksaan antibodi terhadap
virus hepatitis A (anti HAV) yang memastikan bahwa seseorang tersebut
terjangkit infeksi hepatitis A.
Obat-obatan yang diberikan sifatnya hanya menghilangkan gejala
yang muncul, misal jika diare diberikan obat anti-diare, kalau mual diberikan
anti-mual, jika demam diberikan obat anti-demam, jika lemas diberikan vitamin
dan asupan makannya diperhaikan.
Obat suplemen hati kadang kala diberikan untuk mengurangi
peradangan hati yang terjadi. Pasien memang perlu diisolasi dan jangan tidur
sekamar dengan orang sehat, di RS pun biasanya pasien tidur hanyak sendiri di
kamar dan dipisah dengan pasien lain.
Sebagian pasien memang tidak perlu dirawat tetapi bila pasien
mengalami mual dan muntah dan tidak mau makan sebaiknya memang dirawat untuk
mendapat infus cairan dan makanan.
Pencegahan yang terpenting adalah hidup sehat dengan makan yang
teratur dan cukup gizi, istirahat cukup dan banyak mengkonsumsi buah dan
sayur-sayuran. Cuci tangan pakai sabun yang rutin, sebelum dan sesudah makan
dan setelah keluar dari toilet, apalagi penyakit ini tertular melalui makanan
dan minuman. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar