Januari 03, 2016

Pancung pendeta Syiah, Kedubes Saudi diserbu warga Iran

Pancung ulama Syiah, Kedubes Saudi diserbu warga Iran

Warga Iran menyerang Konsulat Saudi karena ulama Syiah dipancung. ©2016 Merdeka.com/Ali Abdollahi/Mizan News Agency
Arab Saudi akhir pekan ini memancung 47 narapidana, rata-rata terkait kasus terorisme. Satu di antara terpidana mati yang dieksekusi adalah tahanan politik bernama Nimr al-Nimr (56). Sosok Nimr adalah ulama Syiah di Saudi yang rajin memprotes kerajaan terkait kebijakan diskriminatif terhadap warga Syiah. Nimr terlibat demonstrasi pada 2011, kemudian ditangkap polisi.
Kantor Berita AFP melaporkan, Minggu (3/1), kabar dipancungnya Nimr oleh kerajaan beraliran Islam Sunni itu memicu kemarahan kawasan mayoritas Syiah, terutama di Iran. Ratusan warga Ibu Kota Teheran menggelar unjuk rasa di depan Kedutaan Besar Arab Saudi, dijaga ketat aparat.
Di Kota Mashhad, pengunjuk rasa bertindak lebih beringas. Belasan demonstran mencopot bendera Saudi dari kantor konsulat jenderal, setelah menerobos halaman dengan memanjat pagar.
Diperkirakan hari ini, ribuan orang pengunjuk rasa akan bergerak ke lokasi-lokasi terkait Kerajaan Arab Saudi di seantero Iran. Pemerintah Iran mempersiapkan aparat keamanan untuk menghindarkan kerusuhan seperti di Mashhad.
Adik kandung mendiang Nimr, Mohammed al-Nimr, mengatakan saudaranya mati sebagai martir. Dia mengakui keputusan Saudi memancung ulama karismatik itu telah memicu kemarahan warga Syiah.
"Tapi kami menolak jalan kekerasan dan kami tidak ingin berseberangan dengan pemerintah Saudi," kata Mohammed, saat dihubungi wartawan beberapa jam selepas kakaknya resmi dipancung.
Unjuk rasa warga Teheran, Iran, di depan Kedutaan Saudi (c) 2016 Merdeka.com/Hossein Zohrevand/AFP

Tak kurang, Pemimpin Spiritual Republik Islam Iran, Ayatullah Ali Khamenei mengucapkan bela sungkawa atas tewasnya Nimr. Lewat akun Twitter resminya, sambil memasang foto Nimr, Khamenei menulis "kebangkitan tidak akan bisa dibungkam."
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Hossein Jaber Ansari, menyatakan tindakan Saudi akan memperpanas suasana Timur Tengah. Nimr, menurut pemerintah Iran, adalah tokoh politik yang menyampaikan aspirasi secara damai dan bukan teroris.
"Saudi akan membayar mahal atas keputusannya (menghukum mati Nimr)," ujarnya dikutip dari Kantor Berita Iran IRNA.
Kementerian Dalam Negeri Saudi berkukuh Nimr, dan beberapa sosok Syiah lainnya yang dipancung, terlibat terorisme. Pada unjuk rasa umat minoritas itu sepanjang 2011-2013, terjadi beberapa kali serangan ke pos polisi setempat.
Adapun kebanyakan para napi yang meregang nyawa kemarin adalah warga Saudi yang terlibat dalam operasi terorisme Al Qaidah pada 2003 dan 2004 di Kota Khobar yang menewaskan sejumlah warga asing dan warga sipil.
Sejak Raja Salman berkuasa, Saudi semakin agresif melancarkan hukuman mati. Terhitung pada 2015 saja, ada 153 narapidana yang dipancung. Jumlah itu meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya. (Merdeka.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar