Peralihan musim kadang membuat makhluk terganggu
siklus kehidupannya. Bahkan, acap kita disuguhi oleh fenomena yang bikin
terkaget-kaget, misalkan ribuan ikan mati mendadak. Tapi, apakah itu sekadar gara-gara
ganti musim?
================
Pagi itu Susi Damayanti (35), warga Kota Bekasi, Jawa Barat,
ingin mengajak anaknya bermain-main di Pantai Ancol. Dan bahkan, anaknya,
Saskia (3), sudah merengek ingin berenang di kawasan wisata yang dikelola PT
Pembangunan Jaya Ancol itu. Namun Susi urung memenuhi rengekan anaknya. Ia
cepat-cepat membawa anaknya menjauh dari garis pantai di Beach Pool Taman
Impian Jaya Ancol, Pademangan, Jakarta Utara.
Pagi itu (Senin, 30/11), sejauh mata Susi memandang, jutaan
ikan mati memenuhi pantai sehingga menimbulkan aroma tak sedap. Beberapa belas
meter dari garis pantai, Susi juga melihat ikan-ikan bandeng mengambang
terombang-ambing ombak laut pantai utara.
Sekitar 100 meter dari pantai, Susi pun melihat sebuah
perahu dengan dua orang penumpangnya tengah memunguti ikan-ikan mati itu dengan
jaring kecil, kemudian memasukkannya ke kantong plastik yang dibawanya.
Susi buru-buru membawa anaknya, Saskia (3), menjauh dari
garis pantai. Sang anak yang merengek ingin berenang pun tak digubrisnya lagi. "Bagaimana,
ya. Anak saya merengek-rengek mau ke pantai untuk berenang. Nah, sampai di sini
saya lihat banyak polisi sedang mengangkut ikan mati di pinggir pantai."
"Saya tanya, kenapa bisa mati ikannya. Kata polisi, air
laut tercemar limbah beracun. Anak saya langsung saya gendong karena dia mau
lari main air. Takut anak saya keracunan," ujarnya.
Binopsal Ditpolair Polda Metro Jaya AKBP Dramayadi menduga,
limbah beracun berbahaya menjadi penyebab ikan-ikan itu mati.
"Beberapa hari lalu, kami mendapat informasi ada
kelainan air laut di sini (Ancol). Airnya berwarna cokelat. Kami kebetulan
patroli melihat air cokelat itu."
Peristiwa perubahan air laut akibat lumpur sudah dirasakan
oleh pengelola Ancol sejak Jumat 27 November 2015 malam. Kondisi air laut di
perairan Ancol tidak bagus.
"Tak jauh dari air yang kecokelatan itu beberapa jenis
ikan banyak mati. Kami menduga, kejadian ini karena limbah yang mengandung
racun," katanya di Pantai Ancol seperti dikutp kotan Warta Kota. Dramadi
sempat mengimbau seluruh pengunjung agar dalam satu dua minggu ini tidak
berenang.
Masyarakat Jakarta pun digegerkan dengan fenomena jutaan
ikan yang mati dan terdampar di tepi Pantai Ancol. Dugaan polisi bahwa kematian
ikan-ikan itu gara-gara limbah beracun boleh jadi adanya benarnya. Kematian ikan-ikan
tersebut dipicu oleh pencemaran air laut oleh lumpur yang mengandung hidrogen
sulfida atau H2S.
"Ada pemasukan air yang sangat besar dari sungai-sungai
ke daerah muara Ancol akibat pembalikan atau pengangkatan lumpur-lumpur. Lumpur
ini mengandung H2S. Racun itu," terang Kepala Bidang Perikanan Dinas
Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan Pemprov DKI Jakarta, Lilik Litasari, sebagaimana
dikutip Dream, Selasa (1/12).
Lumpur yang mengalir dari sungai itu kemudian mengotori
pesisir laut dan merusak habitat di daerah tersebut. Ikan-ikan tak mampu
bernapas karena kandungan oksigennya sangat tipis.
Menanggapi fenoma ikan mati di Pantai Ancol, Gubernur DKI
Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mempercayakan sepenuhnya kepada Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI). "Kamu percaya sama LIPI enggak, nih?
Kalau enggak percaya, terus percaya sama siapa?" katanya.
Menurut Ahok, alasan pihak LIPI, kematian ikan karena adanya
plankton yang tumbuh di perairan, sehingga menyebabkan ikan kekurangan oksigen.
Berdasarkan teori, plankton tersebut tumbuh akibat kemarau yang terlalu
panjang. "Kita juga enggak ngerti pasti plankton yang tumbuh itu
apa," tutur Ahok.
Karena itu, Ahok pun meminta warga Jakarta tak perlu
khawatir dan tetap mengkonsumsi ikan. "Ikannya boleh dikonsumsi karena
cuma tercekik aja kehabisan napas," ucap Ahok.
Berdasarkan hasil penelitian LIPI pada Senin (30/11),
penyebab ikan-ikan tersebut mati adalah karena kehabisan oksigen untuk
bernapas. Pada saat yang sama, LIPI menemukan ledakan populasi dari
fitoplankton di lokasi yang sama dengan ditemukannya ikan-ikan mati tersebut.
"Kadar oksigen yang terlarut di air tersebut sangat
rendah, hanya 1,094 mg/liter padahal pada keadaan normal kadar oksigennya
adalah 4-5 mg/liter," ujar Peneliti Oseanografi LIPI Indra Bayu Vimono.
Indra menambahkan kepadatan fitoplankton yang mencapai satu
hingga dua juta sel per liter membuat oksigen dengan cepat tersedot. Indra pun
mengaku sempat mewawancara sejumlah pekerja di pantai Ancol untuk mengetahui
kondisi air laut saat peristiwa terjadi.
Hasil wawancara tersebut adalah para pekerja melihat adanya
perubahan warna air menjadi lebih gelap dan banyak bintik hitam. Kondisi
tersebut terlihat sejak Sabtu dan pada Senin pekan lalu menyebabkan kematian
massal.
Dosen ahli perikanan Hawis H. Madduppa mengatakan ada
beberapa skenario terkait dengan kematian ikan di dekat Pantai Ancol. "Ada
beberapa skenario, yaitu hujan deras dan fenomena blooming algae," kata
Hawis.
Hujan deras belakangan ini diduga menjadi salah satu
penyebab terjadinya kematian ikan di sepanjang jalur Pantai Ancol ini. Dengan
derasnya hujan yang melanda daerah-daerah hulu, seperti Bogor, ada dugaan bahwa
limpasan air dari sungai membawa polutan. Apalagi ada 13 sungai yang melintasi
Jakarta dan bermuara di Laut Jawa. (BN)
Boks:
Kecil Kemungkinan Karena Cuaca
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) mempertanyakan
peralihan cuaca yang dijadikan sebagai alasan di balik kematian ribuan ikan di
perairan kawasan Ancol, Jakarta Utara. Walhi menilai ikan kekurangan oksigen
karena tercemar oleh zat pencemar tertentu dengan kadar yang tinggi.
"Kalau misalnya disebutkan kematian ikan-ikan itu
karena peralihan cuaca, kecil kemungkinan. Saya yakin terjadi karena tercemar
atau memang kekurangan oksigen akibat tingginya zat pencemar tertentu apalagi
di musim hujan ini," kata Manajer Penanganan Bencana Walhi, Mukri Friatna,
seperti dikutip CNN Indonesia, Selasa (1/12).
Mukri menjelaskan musim hujan sering dijadikan momen bagi
para pengusaha nakal untuk membuang limbah mereka ke sungai dan laut. Debit air
yang tinggi, ujar Mukri, mudah melarutkan dan mengalirkan zat tercemar.
Sehingga, perusahaan, ujarnya, bisa mengkamuflase kenakalan tersebut.
"Dari investigasi kami selama ini di hampir seluruh
sungai di Indonesia, pengusaha nakal sering membuang limbah berbahaya mereka
terutama di musim hujan dan musim tanam sebagai kamuflase," katanya.
Tak hanya itu, dia menjelaskan pula terdapat sebanyak kurang
lebih 600 industri di Jakarta yang tidak memiliki analisis dampak lingkungan. Sebab
itu, terdapat kemungkinan kematian ribuan ikan gara-gara pencemaran dari limbah
industri. "Terutama ini bulan Desember di mana aktivitas produksi perusahaan
pasti sedang meningkat menjelang Hari Raya Natal," Mukri menegaskan.
Mukri mempertanyakan alasan perubahan cuaca yang tejadi
saban tahun. Sebabnya, jika memang terbukti kejadian rutin tahunan, mengapa
tidak ada perbaikan atau pengawasan yang dilakukan BPLHD Jakarta untuk mencegah
kasus kematian ikan kembali terulang.
"BPLHD Jakarta harus menjelaskan jika fenomena alam
tahunan semestinya ada treatment. Kalau ada lumpur akibat sampah, ya
harus dikeruk. Perairan tidak mungkin tercemar jika tidak ada zat pencemar
berbahaya. Unsur atau parameter indikator tercemar harus dijelaskan," kata
Mukri menegaskan.
Karena limbah itu berbahaya, Peneliti Kelautan Perikanan
Balitbang Kementerian Kelautan dan Perikanan, Sri Turni Hartati, menyarankan
agar jutaan ikan yang mati itu tidak dikonsumsi. "Konsumsi ikan untuk
kasus ini jangan dimakan. Menurut saya air laut di Ancol pH (derajat
keasaman)-nya 6,6 jadi di luar batas," ujar Sri dalam jumpa pers di Pantai
Lagoon Ancol, Jakarta Utara, Selasa (1/12/).
Sri menyarankan masyarakat mengkonsumsi ikan dari luar
perairan Jakarta. Ikan yang dikonsumsi menurutnya bisa dari Pulau Seribu dan
Pangandaran. Ia menyebut Teluk Jakarta sudah terdegadrasi alias mengalami
penurunan mutu. Untuk mengatasi masalah ini, masyarakat diminta untuk
mengurangi pasokan limbah. Sebab limbah membuat kualitas air buruk sehingga
terjadi blooming algae (ledakan populasi ganggang).
(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar