Desember 06, 2015

Ribuan Ikan Terdampar di Pantai Ancol



Peralihan musim kadang membuat makhluk terganggu siklus kehidupannya. Bahkan, acap kita disuguhi oleh fenomena yang bikin terkaget-kaget, misalkan ribuan ikan mati mendadak. Tapi, apakah itu sekadar gara-gara ganti musim?
================ 

Pagi itu Susi Damayanti (35), warga Kota Bekasi, Jawa Barat, ingin mengajak anaknya bermain-main di Pantai Ancol. Dan bahkan, anaknya, Saskia (3), sudah merengek ingin berenang di kawasan wisata yang dikelola PT Pembangunan Jaya Ancol itu. Namun Susi urung memenuhi rengekan anaknya. Ia cepat-cepat membawa anaknya menjauh dari garis pantai di Beach Pool Taman Impian Jaya Ancol, Pademangan, Jakarta Utara.

Pagi itu (Senin, 30/11), sejauh mata Susi memandang, jutaan ikan mati memenuhi pantai sehingga menimbulkan aroma tak sedap. Beberapa belas meter dari garis pantai, Susi juga melihat ikan-ikan bandeng mengambang terombang-ambing ombak laut pantai utara.

Sekitar 100 meter dari pantai, Susi pun melihat sebuah perahu dengan dua orang penumpangnya tengah memunguti ikan-ikan mati itu dengan jaring kecil, kemudian memasukkannya ke kantong plastik yang dibawanya.

Susi buru-buru membawa anaknya, Saskia (3), menjauh dari garis pantai. Sang anak yang merengek ingin berenang pun tak digubrisnya lagi. "Bagaimana, ya. Anak saya merengek-rengek mau ke pantai untuk berenang. Nah, sampai di sini saya lihat banyak polisi sedang mengangkut ikan mati di pinggir pantai."

"Saya tanya, kenapa bisa mati ikannya. Kata polisi, air laut tercemar limbah beracun. Anak saya langsung saya gendong karena dia mau lari main air. Takut anak saya keracunan," ujarnya.

Binopsal Ditpolair Polda Metro Jaya AKBP Dramayadi menduga, limbah beracun berbahaya menjadi penyebab ikan-ikan itu mati.

"Beberapa hari lalu, kami mendapat informasi ada kelainan air laut di sini (Ancol). Airnya berwarna cokelat. Kami kebetulan patroli melihat air cokelat itu."

Peristiwa perubahan air laut akibat lumpur sudah dirasakan oleh pengelola Ancol sejak Jumat 27 November 2015 malam. Kondisi air laut di perairan Ancol tidak bagus.

"Tak jauh dari air yang kecokelatan itu beberapa jenis ikan banyak mati. Kami menduga, kejadian ini karena limbah yang mengandung racun," katanya di Pantai Ancol seperti dikutp kotan Warta Kota. Dramadi sempat mengimbau seluruh pengunjung agar dalam satu dua minggu ini tidak berenang.

Masyarakat Jakarta pun digegerkan dengan fenomena jutaan ikan yang mati dan terdampar di tepi Pantai Ancol. Dugaan polisi bahwa kematian ikan-ikan itu gara-gara limbah beracun boleh jadi adanya benarnya. Kematian ikan-ikan tersebut dipicu oleh pencemaran air laut oleh lumpur yang mengandung hidrogen sulfida atau H2S.

"Ada pemasukan air yang sangat besar dari sungai-sungai ke daerah muara Ancol akibat pembalikan atau pengangkatan lumpur-lumpur. Lumpur ini mengandung H2S. Racun itu," terang Kepala Bidang Perikanan Dinas Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan Pemprov DKI Jakarta, Lilik Litasari, sebagaimana dikutip Dream, Selasa (1/12).

Lumpur yang mengalir dari sungai itu kemudian mengotori pesisir laut dan merusak habitat di daerah tersebut. Ikan-ikan tak mampu bernapas karena kandungan oksigennya sangat tipis.

Menanggapi fenoma ikan mati di Pantai Ancol, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mempercayakan sepenuhnya kepada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). "Kamu percaya sama LIPI enggak, nih? Kalau enggak percaya, terus percaya sama siapa?" katanya.

Menurut Ahok, alasan pihak LIPI, kematian ikan karena adanya plankton yang tumbuh di perairan, sehingga menyebabkan ikan kekurangan oksigen. Berdasarkan teori, plankton tersebut tumbuh akibat kemarau yang terlalu panjang. "Kita juga enggak ngerti pasti plankton yang tumbuh itu apa," tutur Ahok.

Karena itu, Ahok pun meminta warga Jakarta tak perlu khawatir dan tetap mengkonsumsi ikan. "Ikannya boleh dikonsumsi karena cuma tercekik aja kehabisan napas," ucap Ahok.

Berdasarkan hasil penelitian LIPI pada Senin (30/11), penyebab ikan-ikan tersebut mati adalah karena kehabisan oksigen untuk bernapas. Pada saat yang sama, LIPI menemukan ledakan populasi dari fitoplankton di lokasi yang sama dengan ditemukannya ikan-ikan mati tersebut.

"Kadar oksigen yang terlarut di air tersebut sangat rendah, hanya 1,094 mg/liter padahal pada keadaan normal kadar oksigennya adalah 4-5 mg/liter," ujar Peneliti Oseanografi LIPI Indra Bayu Vimono.

Indra menambahkan kepadatan fitoplankton yang mencapai satu hingga dua juta sel per liter membuat oksigen dengan cepat tersedot. Indra pun mengaku sempat mewawancara sejumlah pekerja di pantai Ancol untuk mengetahui kondisi air laut saat peristiwa terjadi.

Hasil wawancara tersebut adalah para pekerja melihat adanya perubahan warna air menjadi lebih gelap dan banyak bintik hitam. Kondisi tersebut terlihat sejak Sabtu dan pada Senin pekan lalu menyebabkan kematian massal.
Dosen ahli perikanan Hawis H. Madduppa mengatakan ada beberapa skenario terkait dengan kematian ikan di dekat Pantai Ancol. "Ada beberapa skenario, yaitu hujan deras dan fenomena blooming algae," kata Hawis.

Hujan deras belakangan ini diduga menjadi salah satu penyebab terjadinya kematian ikan di sepanjang jalur Pantai Ancol ini. Dengan derasnya hujan yang melanda daerah-daerah hulu, seperti Bogor, ada dugaan bahwa limpasan air dari sungai membawa polutan. Apalagi ada 13 sungai yang melintasi Jakarta dan bermuara di Laut Jawa. (BN)


Boks:
Kecil Kemungkinan Karena Cuaca


Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) mempertanyakan peralihan cuaca yang dijadikan sebagai alasan di balik kematian ribuan ikan di perairan kawasan Ancol, Jakarta Utara. Walhi menilai ikan kekurangan oksigen karena tercemar oleh zat pencemar tertentu dengan kadar yang tinggi.

"Kalau misalnya disebutkan kematian ikan-ikan itu karena peralihan cuaca, kecil kemungkinan. Saya yakin terjadi karena tercemar atau memang kekurangan oksigen akibat tingginya zat pencemar tertentu apalagi di musim hujan ini," kata Manajer Penanganan Bencana Walhi, Mukri Friatna, seperti dikutip CNN Indonesia, Selasa (1/12).

Mukri menjelaskan musim hujan sering dijadikan momen bagi para pengusaha nakal untuk membuang limbah mereka ke sungai dan laut. Debit air yang tinggi, ujar Mukri, mudah melarutkan dan mengalirkan zat tercemar. Sehingga, perusahaan, ujarnya, bisa mengkamuflase kenakalan tersebut.

"Dari investigasi kami selama ini di hampir seluruh sungai di Indonesia, pengusaha nakal sering membuang limbah berbahaya mereka terutama di musim hujan dan musim tanam sebagai kamuflase," katanya.

Tak hanya itu, dia menjelaskan pula terdapat sebanyak kurang lebih 600 industri di Jakarta yang tidak memiliki analisis dampak lingkungan. Sebab itu, terdapat kemungkinan kematian ribuan ikan gara-gara pencemaran dari limbah industri. "Terutama ini bulan Desember di mana aktivitas produksi perusahaan pasti sedang meningkat menjelang Hari Raya Natal," Mukri menegaskan.

Mukri mempertanyakan alasan perubahan cuaca yang tejadi saban tahun. Sebabnya, jika memang terbukti kejadian rutin tahunan, mengapa tidak ada perbaikan atau pengawasan yang dilakukan BPLHD Jakarta untuk mencegah kasus kematian ikan kembali terulang.

"BPLHD Jakarta harus menjelaskan jika fenomena alam tahunan semestinya ada treatment. Kalau ada lumpur akibat sampah, ya harus dikeruk. Perairan tidak mungkin tercemar jika tidak ada zat pencemar berbahaya. Unsur atau parameter indikator tercemar harus dijelaskan," kata Mukri menegaskan.

Karena limbah itu berbahaya, Peneliti Kelautan Perikanan Balitbang Kementerian Kelautan dan Perikanan, Sri Turni Hartati, menyarankan agar jutaan ikan yang mati itu tidak dikonsumsi. "Konsumsi ikan untuk kasus ini jangan dimakan. Menurut saya air laut di Ancol pH (derajat keasaman)-nya 6,6 jadi di luar batas," ujar Sri dalam jumpa pers di Pantai Lagoon Ancol, Jakarta Utara, Selasa (1/12/).

Sri menyarankan masyarakat mengkonsumsi ikan dari luar perairan Jakarta. Ikan yang dikonsumsi menurutnya bisa dari Pulau Seribu dan Pangandaran. Ia menyebut Teluk Jakarta sudah terdegadrasi alias mengalami penurunan mutu. Untuk mengatasi masalah ini, masyarakat diminta untuk mengurangi pasokan limbah. Sebab limbah membuat kualitas air buruk sehingga terjadi blooming algae (ledakan populasi ganggang).
(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar