Mungkin dalam bayangan kita jadi seorang debt collector
atau penagih kartu kredit yang macet pembayarannya harus berbadan kekar
dan bertampang seram. Ketika menghadapi nasabah harus kasar dan main
pukul. Itu hanyalah persepsi kita saja.
Karena saya yang bertampang culun dan lemah lembut saja pernah diterima jadi debt collector. Saat itu sekitar 2005 dan sedang menganggur. Iseng-iseng lihat lowongan kerja di koran.
Perhatian saya tertuju pada lowongan untuk menjadi penagih kartu kredit yang beralamat di Pondok Indah, Jakarta Selatan.
Langsung saya melamar. Tanpa banyak produser saya diterima. Setelah seminggu langsung mendapat tugas untuk menagih tunggakan kartu kredit yang macet.
Saat pengarahan sebagai debt collector baru oleh manager saya. Tidak ada pesan main kasar atau pakai acara pukul-memukul saat menagih ke nasabah.
Justru dipesan agar bersikap sopan ketika menghadapi nasabah. Lain cerita kalau nasabahnya tidak bersikap proaktif untuk menyelesaikan tunggakan kartu kreditnya. Itupun tidak harus main pukul.
Saat menjalankan tugas, justru tak jarang menghadapi nasabahnya yang bersikap kasar dan mengancam. Tidak pro aktif untuk menyelesaikan utangnya. Merasa tidak bersalah.
Menjadi seorang debt collector memang serba salah ketika menghadapi nasabah. Ketika bersikap sopan, nasabahnya yang kurang ajar. Ketika bersikap kasar, katanya kurang ajar.
Menurut pengalaman, kebanyakan pemakai kartu kredit yang tertunggak karena pemakaian yang melebihi pendapatannya. Memiliki lebih dari satu kartu kredit. Karena pemakaian yang tidak terkontrol ini, sehingga pembayaran tagihan harus tertunda.
Karena proses pembuatan kartu yang begitu mudah. Dimana data-data bisa dimanipulasi. Tak heran seorang satpam atau tukang ojek bisa memiliki beberapa kartu kredit. Lalu digunakan semaunya. Ujung-ujungnya tidak sanggup membayar tagihan.
Ada juga yang sengaja menunda bukan karena tidak mampu membayar. Tetapi karena tidak ada niat dan sengaja tidak mau membayar.
Apalagi ada yang merasa kartu kreditnya dibuatkan bukan atas keinginannya. Tipe nasabah ini biasanya ketika ditagih justru bersikap lebih galak.
Pada kenyataan memang tidak sedikit juga nasabah yang berniat baik untuk menyelesaikan tunggakannya.
Begitu juga banyak debt collector yang bersikap baik dan sopan dalam menagih ke nasabah. Salah satunya adalah saya.
Bila ada yang bersikap kasar, menurut saya itu hanya preman yang menjadi debt collector karena penghasilannya yang lumayan.
Kalau sampai adalah yang bersikap kasar dan main pukul. Tentu harus diselesaikan secara hukum. Karena seorang debt collector tidak termasuk orang yang kebal hukum.
sumber: http://www.kompasiana.com
Karena saya yang bertampang culun dan lemah lembut saja pernah diterima jadi debt collector. Saat itu sekitar 2005 dan sedang menganggur. Iseng-iseng lihat lowongan kerja di koran.
Perhatian saya tertuju pada lowongan untuk menjadi penagih kartu kredit yang beralamat di Pondok Indah, Jakarta Selatan.
Langsung saya melamar. Tanpa banyak produser saya diterima. Setelah seminggu langsung mendapat tugas untuk menagih tunggakan kartu kredit yang macet.
Saat pengarahan sebagai debt collector baru oleh manager saya. Tidak ada pesan main kasar atau pakai acara pukul-memukul saat menagih ke nasabah.
Justru dipesan agar bersikap sopan ketika menghadapi nasabah. Lain cerita kalau nasabahnya tidak bersikap proaktif untuk menyelesaikan tunggakan kartu kreditnya. Itupun tidak harus main pukul.
Saat menjalankan tugas, justru tak jarang menghadapi nasabahnya yang bersikap kasar dan mengancam. Tidak pro aktif untuk menyelesaikan utangnya. Merasa tidak bersalah.
Menjadi seorang debt collector memang serba salah ketika menghadapi nasabah. Ketika bersikap sopan, nasabahnya yang kurang ajar. Ketika bersikap kasar, katanya kurang ajar.
Menurut pengalaman, kebanyakan pemakai kartu kredit yang tertunggak karena pemakaian yang melebihi pendapatannya. Memiliki lebih dari satu kartu kredit. Karena pemakaian yang tidak terkontrol ini, sehingga pembayaran tagihan harus tertunda.
Karena proses pembuatan kartu yang begitu mudah. Dimana data-data bisa dimanipulasi. Tak heran seorang satpam atau tukang ojek bisa memiliki beberapa kartu kredit. Lalu digunakan semaunya. Ujung-ujungnya tidak sanggup membayar tagihan.
Ada juga yang sengaja menunda bukan karena tidak mampu membayar. Tetapi karena tidak ada niat dan sengaja tidak mau membayar.
Apalagi ada yang merasa kartu kreditnya dibuatkan bukan atas keinginannya. Tipe nasabah ini biasanya ketika ditagih justru bersikap lebih galak.
Pada kenyataan memang tidak sedikit juga nasabah yang berniat baik untuk menyelesaikan tunggakannya.
Begitu juga banyak debt collector yang bersikap baik dan sopan dalam menagih ke nasabah. Salah satunya adalah saya.
Bila ada yang bersikap kasar, menurut saya itu hanya preman yang menjadi debt collector karena penghasilannya yang lumayan.
Kalau sampai adalah yang bersikap kasar dan main pukul. Tentu harus diselesaikan secara hukum. Karena seorang debt collector tidak termasuk orang yang kebal hukum.
sumber: http://www.kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar