DUSUN II, Aek Gambir Tapanuli Tengah (Sumut) sepi dan terpencil, sehingga dianggap tak ada hukum di sana. Di situlah Arsan, 40, dan Wasdi, 55, bersekongkol membunuh Munadin, 53, gara-gara urusan wanita. Wasdi ingin mengawini istri Munadin adiknya, dan Arsan mau bersekongkol karena Munadin 11 kali menggauli istrinya.
Dalam cerita sejarah dan perwayangan banyak dikisahkan, orang tega membunuh sesamnya gara-gara urusan selangkangan. Ken Arok dalam sejarah Singosari, tega membunuh Prabu Tunggul Ametung karena ngebet ingin menggoyang Ken Dedes. Dalam kisah perwayangan, Setija dari Trajutrisna tega membunuh Samba adiknya, karena kepergok menggauli istrinya, Hagnyanawati.
Di dunia modern yang katanya manusianya sudah berbudaya dan agamis, ternyata juga banyak yang tega membunuh sesamanya, gara-gara soal wanita. Arsan dan Wasdi, sekongkol membubuh Munadin, karena kedua lelaki itu punya masalah pribadi dengan korban. Munadin ini memang aneh, istri masih cantik, ngebet menggauli Rosma, 35, yang merupakan istri Arsan yang terhitung masih anak manantunya. Sebaliknya Wasdi, dia juga berkhayal jika Munadi mati dia bisa mengambil alih istrinya.
Tempat tinggal mereka bertiga di Dusun II, Aek Gambir, Desa Toga Basir, Kecamatan Pinangsori, Tapanuli Tengah. Kondisinya demikian terpencil dan sepi, sehingga Wasdi dan Asan menganggap bahwa tak ada penegakan hukum di desa itu. Yang penting “penegakan burung”, sehingga kebutuhan syahwatnya yang rakus itu terpenuhi.
Meski sudah lumayan tua, Asmi, 48, istri Munadin di mata Wasdi masih STNK, sehingga enak digoyang dan perlu. Secara diam-diam, buruh penderes karet itu pernah menikmati goyangan Asmi beberapa kali, sehingga ketagihan. Jika hanya “nebeng” dia merasa tidak puas. Sebagai duda, dia ingin sekali bisa menguasai Asmi secara permanen, dengan status SHM bukan sekedar SHP (Hak Pakai) ibaratnya Kantor Agraria (BPN). Untuk itu dia ingin Munadin yang adik kandungnya itu mati, sehingga istrinya bisa diambil alih.
Dia pernah mengajak Arsan untuk membunuh sang adik. Tapi Arsan tidak mau karena Munadin masih terhitung mertuanya sendiri. Dia takut kualat seperti jambu monyet, kepala di bawah. Kenapa jambu monyet kualat? Karena dia dulu berani sama jambu kluthuk.
Tapi tiba-tiba ada informasi bahwa Munadin berulangkali menggauli istrinya, Rosma. Istrinya pun diklarifikasi sekaligus interogasi. Ternyata, saking berulangkalinya, sampai 11 kali. Tentu saja Arsan jadi terkejut sendiri. Gara-gara perempuan itu tak ada spedometernya, dikendarai berulangkali tidak ketahuan. Arsan jadi ingat ajakan Wasdi. “Oke, saya sekarang siap melaksanakan ajakan itu,” katanya. Dia memang ingin balas dendam.
Untuk melenyapkan Munadin, lelaki yang doyan minum tuak itu pernah diracun pakai obat tikus, tapi nggak mempan, agaknya rosa-rosa kayak Mbah Marijan. Lalu Wasdi menyiapkan senapan angin. Nanti pas Munadin mabuk-mabukan lagi, langsung didor saja. Tanpa memikirkan resikonya kelak, Arsan siap menjadi eksekutor meski bukan unsur Kejaksaan.
Begitulah, saat Munadin hoak-hoeeek minum tuak, tahu-tahu dadanya ditembus peluru. Dia langsung mati seketika. Kala itu tak diketahui siapa pembunuhnya, tapi istri almarhum lapor ke polisi yang berjarak 5,5 jam perjalanan dari rumah pakai motor. Polisi pun segera ke TKP dengan hasil menangkap Arsan dan Wasdi. Keduanya tak bisa mengelak, sehingga langsung ditahan di Polsek Pinangsori.
Masuk penjara gara-gara habis masuk sarung.
sumber: http://poskotanews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar