Januari 30, 2015

Eksekusi Mati Tak Berjalan Mulus, Napi Tersiksa Selama 43 Menit


CNN Clayton Lockett dan Charles Warner
 
Pembuluh darah vena seorang narapidana di Oklahoma, AS, "pecah" di tengah-tengah proses eksekusi terhadapnya, Selasa (29/4/2014). Hal itu mendorong pihak berwenang untuk menghentikan proses eksekusi itu dan membatalkan eksekusi terhadap narapidana lain pada hari itu saat mereka mencari tahu apa yang salah.

Narapidana (napi) malang itu, Clayton Lockett, akhirnya meninggal karena serangan jantung 43 menit setelah suntikan pertama yang diterimanya tidak berjalan sesuai rencana. Kejadian itu memicu munculnya klaim penyiksaan terhadap napi.

Akhir tragis kehidupan Lockett, seorang pembunuh dan pemerkosa, menyebabkan negara bagian Oklahoma menunda eksekusi mati terhadap seorang narapidana kedua.

Suntikan pertama untuk Lockett, berisi midazolam, seharusnya membuatnya tidak sadar. Namun, tujuh menit kemudian, Lockett masih sadar. Setelah sekitar 16 menit, mulut dan kemudian kepalanya bergerak, ia tampaknya berusaha bangkit dan mencoba berbicara.

Direktur Lembaga Pemasyarakatan Oklahoma Robert Patton memerintahkan eksekusi Lockett dihentikan sekitar tiga atau empat menit setelah suntikan dimulai pada pukul 18.23 waktu setempat. "Alasan penghentian adalah kegagalan di pembuluh darah vena," kata seorang juru bicara penjara.

Lockett akhirnya meninggal karena "serangan jantung" pada pukul 19.06 setelah mendapat total tiga suntikan, sesuai prosedur. Demikian kata juru bicara itu, Jerry Massie. "Meski ia diberikan suntikan, obat tersebut tidak masuk ke sistem," tambah juru bicara tersebut.

Suntikan itu mencakup obat penenang, obat bius, dan kalium klorida dalam dosis yang mematikan.

Patton kemudian segera memerintahkan penundaan selama 14 hari bagi eksekusi Charles Warner, yang telah diatur untuk dieksekusi dua jam setelah Lockett.

"Sekitar 13 menit dalam eksekusi, setelah ia dinyatakan tak sadarkan diri, napi itu mulai menggeliat kesakitan. Tubuhnya berguncang. Ia menggertakan rahangnya," kata editor Tulsa World, Ziva Branstetter, kepada televisi MSNBC. "Beberapa kali ia bergumam frase yang tak dapat dipahami. Hanya kata "Man!" yang kami bisa dengar. Dia tampaknya sangat kesakitan. Beberapa kali ia bergerak, kepala dan bahu naik dari brankar seolah-olah ia sedang berusaha untuk turun dari brankar."

Tak lama kemudian, sipir penjara menutup tirai, mencegah para wartawan menyaksikan apa yang terjadi di ruang eksekusi itu. Demikian kata Branstetter.

Lockett "disiksa"

"Setelah berminggu-minggu Oklahoma menolak untuk mengungkapkan informasi penting tentang obat bagi prosedur eksekusi mati pada malam ini, malam ini, Clayton Lockett disiksa sampai mati," kata pengacara Warner, Madeline Cohen, dalam sebuah pernyataan. Dia menyerukan penyelidikan independen dan otopsi guna mengetahui apa yang salah.

"Negara bagian harus mengungkapkan informasi lengkap tentang obat-obatan itu, termasuk kemurnian, keberhasilan, sumber dan apa pun hasil pengujiannya," tambah Cohen. "Karena  belum banyak yang diketahui tentang pelaksanaan eksekusi yang gagal malam ini, tidak boleh ada eksekusi yang diizinkan di Oklahoma."

Pada Maret, negara bagian itu menunda dua eksekusi karena kekurangan obat untuk prosedur suntik mati. Namun, negara bagian berhasil mendapatkan pasokan seraya mengganti protokol eksekusi, dan dua napi itu habis jatah bandingnya.

Lockett dihukum tahun 2000 karena kasus pemerkosaan dan pembunuhan terhadap seorang perempuan muda yang ia culik, lalu ia pukuli dan kubur hidup-hidup. Adapun Warner dihukum untuk kasus pemerkosaan dan pembunuhan seorang gadis berusia 11 bulan pada tahun 1997. (http://internasional.kompas.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar