Januari 31, 2016

Senpi Lapas Jatuh ke Tangan Teroris



Tahanan pendamping (tamping) Lapas Tangerang diduga menjadi perantara keluarnya senjata api Lapas ke tangan yang tak berhak. Terjalinlah tali-temali pelaku terror dan hilangnya senpi milik Lapas.
============

Kabar bermula dari Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri yang begitu cepat dan sigap melakukan serangkaian penangkapan terduga pelaku teror setelah pecah aksi teror di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, pada 14 Januari lalu. Salah satunya penangkapan Kelompok Hendro Fernando di Bekasi, Jawa Barat. Dalam penangkapan pada hari Jumat (22/1) di Bantargebang itu, Densus mengamankan empat terduga teroris serta sembilan pucuk senjata dan amunisinya.

Sebagaimana dilansir Kompas.com, salah seorang terduga teroris mengaku bahwa senjata-senjata itu diperoleh dari seorang narapidana di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Tangerang.

Tim Densus 88 lalu mengecek nomor registrasi senjata api laras pendek itu ke Lapas. Ternyata, pihak Lapas membenarkan bahwa ada senjata dan amunisi yang tidak berada di tempatnya lagi. Setelah pencocokan nomor registrasi, dipastikan bahwa senjata api yang dimiliki terduga teroris di Bekasi itu berasal dari Lapas Tangerang.

Pihak Lapas menyatakan tidak mengetahui bahwa ada senjata dan amunisi yang hilang. Kondisi gudang senjata tidak dalam keadaan rusak. Kepala Lapas Tangerang, Hartono, enggan menjawab perkara ini. "Itu nanti urusannya dengan Bu Kakanwil (Susy Susilawati)," ucap Hartono seperti dikutip oleh Liputan6.com, Sabtu (23/1).

Kepala Polri Jenderal (Pol) Badrodin Haiti membenarkan bahwa sembilan pucuk senjata dan ratusan amunisi yang disita dari terduga teroris di Bekasi berasal dari Lapas Tangerang. Namun, Badrotin mengaku tak tahu bagaimana senjata-senjata api itu bisa berpindah tangan dari Lapas kepada para pelaku teror. "Apa karena kelalaian? Kesengajaan? Atau kerja sama? Ini dalam pemeriksaan," ujar Badrotin di Kompleks PTIK, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (26/1).

"Atau bisa saja karena orang besuk. Masuknya digeledah, tapi keluarnya tidak. Kalau memang betul begini, ya ini merupakan suatu kelemahan," kata Badrotin sembari  menambahkan bahwa Densus 88 terus memeriksa sipir Lapas dan beberapa narapidana.

Pemeriksaan juga dilakukan oleh pihak Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham).

Badrodin enggan mengungkapkan hasil pemeriksaan oleh tim Densus. Polisi menduga, senjata-senjata itu dikumpulkan untuk melakukan amaliyah (aksi teror). Ada dugaan bahwa senjata dan amunisi yang berasal dari Lapas itu dicuri oleh salah seorang narapidana yang telah selesai menjalani masa hukuman.

Secara terpisah, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan melalui juru bicaranya, Akbar Hadi Prabowo, menolak merinci terkait hilangnya 9 pistol milik Lapas Tangerang. "Itu kewenangan pihak kepolisian, sudah ditangani pihak kepolisian," ujar Akbar Hadi.

Meski begitu, pihaknya mengakui adanya penyelidikan dan penyidikan pihak kepolisian. "Apabila ada informasi yang diperlukan, Ditjen Pas tentu saja mendukungnya untuk pengembangan penyelidikan. Kita sama-sama penegak hukum, aparatur pemerintah, kita akan beri apa yang terbaik," kata Akbar.

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Banten, Susy Susilawati, juga menolak merinci raibnya 9 pucuk senjata api serta ratusan amunisi tersebut. "Masih perlu dilakukan konfirmasi perhitungan, belum bisa dibilang hilang," kata Susy, Sabtu (23/1).

Yang pasti Inspektorat Jenderal (Itjen) dan Direktorat Jenderal (Ditjen) Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM menurunkan tim untuk menyelidiki hilangnya 9 senjata api dan ratusan peluru di Lapas Tangerang.

Susy Susilawati menyampaikan, pemeriksaan terhadap para petugas Lapas itu dilakukan di kantornya dan Lapas Tangerang. "Sekarang ini sedang pemeriksaan terus-menerus. Sedang dievaluasi secara internal tentang kejelasan itu. Saya juga masih menunggu perkembangannya dari Densus 88," kata Susy seperti dikutip tribunnews.com, Selasa (26/1).

Susy memastikan semua petugas sipir, pegawai dan staf Lapas Tangerang yang bertanggung jawab atas keamanan senjata api dan peluru diperiksa. Mereka yang diperiksa antara lain petugas jaga, staf yang bertanggung jawab atas kunci kamar penyimpanan senjata api hingga Kepala Lapas Tangerang, Hartono.

"(Pemeriksaan kalapas) itu nanti. Sekarang yang sedang diperiksa yang di bawah-bawahnya. Pemeriksaannya ada yang di kantor Kanwil saya, ada yang diperiksa di lapas. Bisa saja kita panggil ke kantor Kanwil, tapi kan ada petugas atau pegawai yang bertugas di lapasnya," jelasnya.

Menurutnya, pemeriksaan ini dilakukan karena berawal adanya informasi dari pihak Polri, khususnya Densus 88, yang menge-bon lima narapidana Lapas Tangerang atas dugaan keterlibatan tidak langsung dengan kasus bom Thamrin. Kelimanya masing-masing Agung Prasetyo alias Ayas Huda, Khoribul Mujid, Induroh alias Hamam alias Hanif, Jaenudin, dan Emirat Berlian Nusantara alias Emir. 


Kelima napi tersebut diduga turut membantu menyuplai sejumlah senjata api milik Lapas Tangerang untuk kelompok teroris lain di luar lapas. Pemeriksaan dan evaluasi dilakukan untuk kros-cek informasi dari pihak kepolisian itu.

"Kami tetap menkonfirmasi dan berkoordinasi dengan Densus 88 untuk meminta kejelasan lebih lanjut. Karena informasi itu awalnya dari mereka, tentang dua kali (dicurinya), tentang bagaimana hilangnya dan kapannya," ujar Susy.

Susy belum bisa mengkonfirmasi benar atau tidaknya Lapas Tangerang kehilangan 9 pucuk senjata api dan ratusan peluru karena saat ini masih proses pemeriksaan internal dan masih menunggu koordinasi lebih lanjut dengan Densus 88.

Ia juga belum bisa mengkonfirmasi pencurian senpi dan peluru-peluru itu diduga dilakukan oleh napi kasus terorisme dengan bantuan seorang napi kasus pencurian yang akan bebas atau tamping (tahanan pendamping).

"Sekarang saya masih sedang terus-menerus koordinasi. Tentang senjata itu masih ada atau tidak di Lapas, kami juga sedang pengecekkan bersama-sama dengan Densus," katanya.

Menkumham Yasonna Laoly menyebut 9 pucuk senjata api dan ratusan peluru milik Lapas Tangerang bisa keluar lapas karena dicuri Tamping atau napi kasus pencurian yang mau bebas dan mendapatkan kepercayaan memegang kunci gudang senjata. Senjata-senjata itu dititipkan oleh istri narapidana kasus terorisme yang membesuk. Napi tersebut mendapatkan bayaran Rp20 juta atas order pekerjaan tersebut.

Dunia Lapas memang penuh dengan trik-intrik, belajar kriminal, dan saling berbagi pengalaman para napi. Benar-benar memperlihatkan wajah pemasyarakatan. Bukan lagi penjara yang menjerakan. (BN)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar