Darah dibalas dengan darah. Nyawa dibalas dengan nyawa pula. Boleh jadi itulah langkah Prancis menanggapi aksi berdarah di hari Jumat. Prancis memilih mengirimkan jet temur ke basis ISIS dan membunuh Abdelhamid Abaaoud yang diduga sebagai otak aksi berdarah.
=========
Jet
tempur Prancis kembali menyerang basis kelompok Islam Irak dan Suriah (ISIS) di
Suriah. Serangan ini terjadi pada Minggu (15/11), bersamaan dengan penyelidikan
polisi mengenai teror di Paris yang terjadi pada Jumat (13/11) pekan lalu.
Serangan
ini diduga dilakukan untuk membalas teror yang terjadi dua hari sebelumnya.
ISIS sendiri telah mengaku bertanggung jawab atas serangan yang dianggap
sebagai perang oleh Presiden Prancis Francois Hollande.
Sebagaimana
dilansir CNN, Paris menargetkan serangan udara di pusat komando dan
perekrutan serta basis penyimpanan amunisi kelompok teror itu. ISIS mengklaim
Raqqa sebagai ibukota yang disebut khalifah.
"Penyerangan
kita lakukan di pusat komando ISIS. Di sana merupakan pusat perekrutan, basis
penyimpanan amunisi, dan kemah pelatihan untuk kelompok teror itu," kata
penasihat menteri pertahanan Prancis, Mickael Soria.
ISIS
mengklaim bertanggung-jawab atas serangan teror ini. Klaim ISIS dibenarkan
Presiden Francois Hollande yang segera menggelar jumpa pers di Istana Elycee
pada Sabtu pagi waktu setempat.
"Kejahatan
keji tadi malam dilakukan oleh pasukan jihadis ISIS untuk melawan
Prancis," ujarnya seperti dilansir AFP.
"Kejahatan
ini dirancang dan dikendalikan dari luar negeri," imbuh Hollande. Presiden
Prancis mengatakan akan melawan organisasi manapun yang berani menyerang Tanah
Air mereka.
Sedikit
dirunut ke belakang, Prancis terlibat operasi militer Koalisi Barat menggempur
markas militan di Suriah sejak akhir September 2015 lalu. Jet-jet tempur Negeri
Anggur itu menyasar gudang logistik ISIS di wilayah utara.
Sebelumnya
dilaporkan BBC, serangan teror terjadi beruntun di tujuh lokasi
terpisah, di kawasan timur Ibu Kota Paris. Bom meledak di Stadion Stade de
France, dua bar dilempari granat dan ditembaki, satu restoran diberondong
senapan mesin. Penyerangan paling parah terjadi di Gedung Konser Bataclan yang
dipenuhi lebih dari 1.000 anak muda. Sejauh ini delapan pelaku tewas, tujuh
meledakkan dirinya sebelum ditangkap polisi Paris. Korban sipil mencapai 129
orang tewas dan ratusan luka-luka.
Tidak
cukup hanya menyerang balik ke basis ISIS, Polisi Perancis secara cepat
menggelar operasi. Dalam operasi khusus di pinggiran Kota Paris, Saint Denis,
itu, Rabu (18/11), Polisi Perancis membunuh
tiga tersangka teroris dan menahan dua tersangka lain.
Menurut
radio RTL dikutip Sputniknews, salah satu tersangka yang dibunuh adalah seorang
perempuan pelaku bom bunuh diri dengan ikat pinggang yang dipasangi bom.
"Operasi
ini menyasar Abdelhamid Abaaoud, otak penyerangan Paris, pada Jumat lalu,"
demikian laporan RMC.
Siapakah
Abaaoud? Abdelhamid Abaaoud dinyatakan otak di balik penyerangan Paris pada
Jumat (13/11/2015) lalu. Pria berkebangsaan Belgia itu dicurigai telah
merencanakan serangan di Eropa.
Abaaoud
(29) disebut-sebut telah merencanakan serangan brutal di Paris dari Suriah. Dia
dilatih perang bersama kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Irak dan
kawasan Mediterania.
Dia
adalah ketua jaringan teroris di Verviars yang dibongkar oleh polisi Belgia
pada Januari lalu dalam sebuah baku tembak yang menewaskan dua anggota kelompok
radikal.
Dia
diadili secara in absentia bersama 32 anggota kelompok radikal dan divonis 20
tahun penjara.
Setelah
melakukan identifikasi, selain seorang perempuan yang bunuh diri dengan bom di
ikat pinggang, rupanya Abdelhamid Abaaoud, termasuk yang tewas dalam operasi
khusus di Saint Denis, Rabu (18/11). Kejaksaan Prancis mengatakan mereka
berhasil mengidentifikasi mayat tersebut sebagai Abaaoud dari sidik jarinya.
Jenazah
Abaaoud 27 tahun ditemukan dengan luka tembakan dan pecahan ledakan di sebuah
apartemen di kawasan pinggiran di sebelah utara kota Paris.
Delapan
orang ditangkap dan setidaknya dua orang tewas dalam penyerbuan di Saint Denis
itu. Polisi bersenjata lengkap menyerbu gedung itu sesudah mendapat kabar bahwa
Abaaoud yang berkebangsaan Belgia itu berada di Paris.
Polisi
menembakkan lebih dari 5.000 peluru selama penggerebekan ini, dengan
menggunakan senjata laras panjang, granat, dan bahan peledak.
Para
penyelidik masih mencari Salah Abdeslam, yang diyakini pergi ke Belgia sesudah
serangan pada Jumat (13/11) lalu.
Wartawan
BBC di Paris Hugh Schofield mengatakan identidikasi Abaaoud menimbulkan
pertanyaan soal keamanan. Ia berada dalam daftar pencarian orang di Prancis dan
Belgia tetapi bisa masuk ke Paris dari Suriah tanpa meninggalkan jejak sama
sekali.
Usai
terror di Paris, sejumlah media --BBC, cnn, euronews, france24—tampak sangat berlebihan.
Semua acara ditimpa dengan berita penyerbuan sarang teroris. Bahkan kesan
berlebihan itu smepat merembet ke media sosial. FB-ers misalkan, banyak yang
membalut foto profilnya dengan bendera
Negara Perancis. Begitu pula tanggapan dunia internasional yang ramai-ramai
mengutuk aksi terror Paris.
Berbeda
sekali dengan tanggapan ketika terjadi serangan Israel ke Palestina yang
mengorbankan anak-anak, serangan ke warga sipil Suriah, serangan ke Irak, dan
pembunuhan umat Muslim di Myanmar. Dunia bungkam pada konflik yang telah
mengorbankan ratusan ribu nyawa itu.
Namun
kita masih dapat mengharap kejernihan hati warga Paris (Perancis) yang rupanya
memilih membela kaum Muslim. Sejumlah warga Perancis menyatakan akan menghadiri
pawai bersama muslim yang digelar pada pekan ini untuk mendukung muslim bebas
dari ancaman Islamophobia.
Menurut
laporan pemberitaan, jemaah Masjid Agung Paris di kota distrik kelima dan
pusat-pusat kegiatan Muslim di seluruh Perancis menjadi korban tindakan
vandalisme dari kelompok anti-Islam. Para muslim akan menjadi korban dari
tudingan terorisme, menurut pemberitaan portal media muslim Saphirnews.
Saat
akhir pekan lalu, coretan berbentuk salib merah tertempel di dinding masjid
Paris. Selain itu, slogan semacam 'Perancis, bangun!' dan 'Kematian muslim'
tertulis di dinding masjid lainnya, menurut laporan harian Perancis Le
Parisien.
Kendati
demikian, tindakan itu tidak mempengaruhi sikap sebagian warga Perancis.
Sejumlah warga Perancis, yang telah dilarang oleh kepolisian untuk menggelar
demonstrasi di Paris hingga Kamis nanti, justru menunjukkan dukungan mereka
kepada muslim Perancis dan muslim di seluruh dunia melalui media sosial dan
mengorganisir pertemuan lintas-iman.
Sebanyak
3.000 orang berjanji menghadiri pertemuan lintas iman “Berjalan jauh bersama
muslim Perancis untuk Perdamaian dan Persatuan Nasional” yang dijadwalkan akhir
pekan ini di dekat Masjid Agung Paris. Sementara 6.000 orang lainnya mengaku
tertarik untuk ikut serta.
Selain
itu, sejumlah pertemuan juga diagendakan melalui Facebook dengan slogan 'Saya
muslim, Daesh (ISIS) bukan' dan longmarch 'Berdoa untuk Paris', dengan 13.000
peserta yang mungkin hadir akan digelar salam waktu dekat di monumen Arc de
Triomphe.
"Terorisme
tidak memiliki agama atau kebangsaan," tulis koordinator aksi Masjid Agung
Paris Samia Edd Cardi, seorang muslim yang juga pengusaha teknologi. Aksi
tersebut juga akan menggandeng kelompok ateis dan Kristen.
Sementara
di Katedral Trinitas Suci di Paris, para imam dari seluruh dunia berencana
menggelar pertemuan Persatuan Dunia Ahli Islam untuk Perdamaian dan Menentang
Kekerasan. Pertemuan ini diagendakan sebelum teror Paris terjadi, dan segera
dilaksanakan menyusul adanya teror tersebut mengingat urgensi dari masalah yang
hendak dibahas.
"Setelah
serangan keji ini, kita mungkin berharap Tuhan akan datang dan menghapus
seluruh musuh kita. Sebaliknya, Jesus disalib, benar-benar tidak berdaya,
menunjukkan kepada kita bahwa hanya cinta yang dapat mengatasi kebencian,
kejahatan, bahkan kematian," ujar Whalon yang berdomisili di Paris dalam
sebuah pernyataan yang dikutip huffingtonpost.com.
Ya,
hanya melalui upaya mawas diri, cinta dan kasih yang dapat mengatasi kebencian
dan kejahatan. Bukan menjawab dengan mengirim jet tempur ke basis ISIS di
Suriah, padahal Prancis ikut operasi militer Koalisi Barat menggempur markas
militan di Suriah sejak September lalu. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar