Bencana asap nasional belakangan telah meluas ke
skala internasional. Dua negara jiran –Malaysia dan Singapura—ikut merasakan
asap kiriman dari Sumatera. Mereka protes lewat media sosial.
=========================
Kabut asap akibat pembakaran hutan dan lahan di Sumatra
melanda sebagian wilayah Malaysia dan Singapura pada pertengahan September
lalu. Warga di dua negara tetangga itu mulai merasakan kehadiran asap yang
menyesakkan pernafasan.
Kantor berita Associated Press melaporkan, sejumlah
warga Kota Kuala Lumpur dan beberapa kota lainnya telah merasakan kehadiran
asap akibat kebakaran hutan dan lahan yang diduga berasal dari Sumatra.
Sebagaimana dilaporkan kantor berita Bernama,
Direktur Kesehatan Kedah, Norhizan, mengatakan kabut asap di sejumlah wilayah
di Malaysia sudah pada level "menganggu pernafasan".
Merasakan kabut asap imbas kebakaran hutan dan lahan di
Kalimantan serta Sumatera, sampai ke negara jiran Malaysia dan Singapura, warga
negara tetangga pun menyindir di media sosial dengan hastag
#TerimaKasihIndonesia. Gambaran keriuhan protes warga Malaysia dan Singapura di
dunia maya dapat kita ikuti berikut:
"Selain mengklaim seni tradisional atau nilai budaya
kami, tolong klaim juga kabut asap kalian Indonesia," kata Armstrong
dengan akun @amirulzafran.
"#TerimaKasihIndonesia telah membuat hari-hari kami
berkabut!!! dan (terima kasih) telah menjadi egois!! dan juga membuat banyak
anak-anak pergi ke rumah sakit. Terima kasih!" ujar akun @drewsomnia.
Lainnya merespons dengan lebih
satir,"#TerimaKasihIndonesia karena Anda memberikan kami, Malaysia dan
Singapura, sebuah pemandangan musim salju," sindir Asyraf Zawawi melalui
@AserapSebeng.
Dalam rentang waktu Jumat (11/09) lalu dan hingga 15
September tagar ini sudah dipakai hampir 12.000 kicauan.
Selain #TerimaKasihIndonesia, asap juga membuat warga
Singapura kreatif. Mereka membuat meme yang menggambarkan aksi Godzilla,
Gundam, dan Ultraman di jalan-jalan Singapura yang berkabut - menimbulkan
reaksi yang jenaka.
Menanggapi protes warga Malaysia dan Singapura lewat hastag
#TerimaKasihIndonesia, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengatakan, tak
seharusnya warga Malaysia dan Singapura marah atas bencana kabut asap. Sebab,
sebelum kabut asap melanda, Indonesia menyumbang udara yang baik ke dua negara
tetangga.
Bahkan, menurut JK, warga Indonesia lebih menderita akibat
serbuan kabut asap. "Kita ini lebih menderita. Negara tetangga sudah
menikmati 11 bulan (kualitas udara yang bersih dari hutan Indonesia), jadi
kalau sebulan asap ya itu risiko," ujar JK di Jakarta, Jumat (18/9/2015).
Mantan Ketua Umum Partai Golkar ini juga mengaku, Pemerintah
Indonesia sudah berusaha semaksimal mungkin memadamkan kebakaran hutan dan
lahan di Sumatera dan Kalimantan. Tapi proses pemadaman berlangsung sulit.
JK meminta agar warga Malaysia dan Singapura bersabar
terkait kabut asap itu. Pasalnya di negara seperti Amerika Serikat saja, butuh
waktu berbulan-bulan untuk memadamkan kebakaran hutan.
"Selalu saya katakan ini masalah alam, Indonesia sudah
berusaha sekuat tenaga dan segala biaya sudah hampir 20 heli tapi ternyata
sulit. Jangankan Indonesia, Amerika Serikat di California saja sampai
berbulan-bulan tidak selesai," tegasnya.
Senada dengan Wapres JK, Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) menyatakan kabut asap sampai ke Malaysia dan Singapura karena faktor
arah angin. Pada awal September (3/9) arah angin yang semula mengarah ke arah
barat (dan bakal melewati Malaysia dan Singapura), pada hari berikutnya (4/9)
cenderung ke arah utara dan timur laut. Jadi kabut asap ke Singapura dan
Malaysia relatif sebentar.
"Kondisi angin di Sumatra sekarang dominan dari selatan
ke utara sampai dengan arah timur laut," kata Kepala Pusat Data Informasi
dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, Jumat (4/9).
Menurut Sutopo, kondisi angin seperti ini bisa terjadi
karena tidak ada siklon (badai) tropis di sekitar Filipina dan Laut Cina Selatan.
Pada kasus kebakaran hutan dua tahun lalu (2013), lanjutnya,
kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Sumatra telah melanda Singapura
dan Malaysia karena ada badai di Filipina dan Laut Cina Selatan. "Kejadian
tahun 2013, ketika Singapura komplain (kepada pemerintah Indonesia), pada saat
itu ada siklon di Filipina dan Laut Cina Selatam, sehingga asap yang di Riau
saat itu semuanya ditarik menuju Cina Selatan dan melalui Singapura dan
Malaysia," jelas Sutopo.
Lebih lanjut dia mengatakan, Indonesia hanya bisa melakukan
antisipasi dengan melakukan pencegahan dan upaya pemadaman titik-titik api di
Sumatra sehingga asapnya tidak menyebar ke negara tetangga. "BNPB nggak
bisa pasang tembok di atas selat Malaka untuk menghalangi kabut asap,"
kata Sutopo.
Sampai pekan ketiga September belum ada protes resmi dari
Singapura dan Malaysia ke Pemerintah RI. Menteri LHK Siti Nurbaya membantah
kabar jika Singapura dan Malaysia melayangkan protes terkait dampak asap akibat
kebakaran hutan. Menurut dia, otoritas pemerintah kedua negara itu hanya
menghubungi pemerintah Indonesia untuk menanyakan upaya penanggulangan
kebakaran hutan dan kabut asap.
Tingkat Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di Singapura
pada 17-18 September 2015 sejak pukul 00.00 WIB terus mengalami penurunan. Dari
angka 81 menurun di 73 per pukul 05.00 WIB. Penurunan ini mengindikasikan aksi
tanggap pemerintah terhadap pembakaran lahan.
Untuk diketahui, ISPU normal berada di angka 50 ke bawah.
Jika angkanya sudah di atas 50, artinya udara sudah tercemar. Jika angkanya
melebihi 100, berarti kualitas udaranya sudah parah.
Menanggapi rumor protes negeri jiran Malaysia dan Singapura,
Pakar Hukum Lingkungan Universitas Airlangga Prof. Dr. H. Suparto Wijoyo
menyatakan bahwa kedua negara tetangga itu sejak lama melakukan protes dengan
dilengkapi bantuan melakukan pembasahan. “Melakukan bom air dengan dukungan
pesawat yang memadai. Jadi protes mereka hanya pada tataran public action
dan bukan legal action. Kalau protes tidak menyelesaikan masalah
sebagaimana yang sudah lima belas tahun ini dilakukan, coba deh lakukan legal
action dengan mengajukan gugatan hukum. Pasti itu tidak ditempuh. Simak
saja sejarahnya ke depan,” katanya.
Protes Malaysia dan Singapura atas kiriman asap pun berhenti
sebatas rumor. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar