Juni 24, 2015

Estadio Nacional, Ladang Pembantaian yang Kini Jadi Tugu Peringatan

Dengar Kabar Tahanan Dibunuh, Uni Soviet Ogah Bertanding

MANDI CAHAYA: Estadio Nacional yang menjadi venue laga perempat final Kamis besok (25/6). Stadion ini dulunya menjadi kamp tahanan politik. (AP Photo)
 
Estadio Nacional merupakan salah satu stadion termegah di Amerika Selatan. Gemerlap lampu dan sorak-sorai ribuan penonton selalu terdengar jika ada pertandingan di sana. Namun, puluhan tahun lalu stadion ini pernah menjadi tempat yang ditakuti warga Cile.
MANUEL Mendez masih sulit menghapus memori kelam hampir separo abad silam. Mendez yang merupakan mantan tahanan politik menjadi salah satu korban dari tangan besi diktator Cile, Augusto Pinochet. Dia yang saat itu masih berusia 20 tahun pernah dipenjara di era Pinochet di tempat yang sekarang bernama Estadio Nacional.
Mendez beruntung tidak sampai dihukum mati. Padahal, di Estadio Nacional, sering dilakukan eksekusi terhadap para tahanan politik.
Kini, setelah puluhan tahun berlalu, Mendez sering datang kembali ke tempat yang tidak lagi difungsikan menjadi penjara militer tersebut. Estadio Nacional sekarang mengalami banyak perubahan, terutama pasca peremajaan yang dilakukan di era Presiden Cile saat ini, Michelle Bachelet, pada 2009.
Stadion dengan nama lengkap Estadio Nacional Julio Martínez Prádanos itu kini berubah menjadi salah satu stadion dengan fasilitas paling modern di Amerika Selatan.
Mendez datang ke stadion tidak untuk menonton laga-laga timnas Cile, atau mengenang kembali masa suram di hidupnya. Dia ingin membagi ingatannya akan kisah kelam sebagai tahanan di venue seluas 62 hektare tersebut. Salah satunya zona yang bernama Costilla 8, yang merupakan pintu masuk terdekat ke dalam stadion dari jalanan depan Estadio Nacional.
Tempat itu dulu menjadi lokasi dikumpulkannya tahanan untuk berbaris dan bertemu dengan keluarganya. Jumlahnya tak sedikit, ratusan. ’’Kalau dipikir realistis, tidak akan bisa menemui satu orang di antara banyak orang seperti itu. Kadang saya lihat orang seperti ibu saya, atau istri saya yang berbaju merah. Pada kenyataannya, saya tidak pernah merasa ada yang bisa disampaikan dari pertemuan itu,’’ kenangnya sebagaimana diungkap dalam Goal.
Mendez sendiri sekarang bekerja membantu Kementerian Olahraga Cile untuk menjadi tour guide di Estadio Nacional. Biasanya, banyak jurnalis atau wisatawan yang diantarkan keliling di beberapa bagian bersejarah di stadion berkapasitas 47 ribu tempat duduk itu. Mulai tempat penyimpanan tahanan hingga tempat penyiksaannya.
Sekarang, di ruang di antara Costilla 8 tersebut, dibangun sebuah air mancur yang didedikasikan bagi para tahanan, termasuk kepada Mendez. Bukan hanya itu, di deretan tribun Estadio Nacional, juga ada beberapa kursi yang dibiarkan tetap kosong melompong.
Bangku-bangku itu sengaja dikosongkan sebagai tanda bahwa arwah tahanan yang sudah meninggal di tempat itu tetap bisa berkerumun, bersorak untuk Cile. Itu yang mungkin terjadi di laga Kamis pagi nanti (25/6) ketika Cile menghadapi juara bertahan Copa America, Uruguay. Di belakang tribun itu tertulis, ’’Orang-orang tanpa memori adalah orang yang tidak punya masa depan.’’
Nah, begitu terkenalnya Estadio Nacional sebagai bekas ladang pembantaian tahanan, Cile pun bisa lolos ke Piala Dunia 1974. Ceritanya, La Roja –julukan timnas Cile– ditahan imbang Uni Soviet tanpa gol di Moskow. Uni Soviet pun harus away ke Santiago untuk menjalani laga replay atau ulangan pada 21 November 1973.
Namun, beberapa hari sebelum laga kedua, Uni Soviet tiba-tiba menolak terbang ke Santiago. Mereka mendengar kabar tentang tahanan yang dibunuh di Estadio Nacional. Mereka pun melapor ke FIFA. Namun, dalam investigasinya, FIFA tidak mampu menemukan apa yang dituduhkan Soviet.
Kok bisa? Ternyata, sebelum FIFA datang, orang-orang Pinochet memindahkan para tahanan ke penjara lain. Dengan demikian, yang dilihat FIFA hanya stadion sepak bola biasa. Uni Soviet dinyatakan kalah WO dan Cile lolos ke Piala Dunia 1974 yang digelar di Jerman Barat.
Korban Pinochet lainnya yang menjadi tour guide adalah Wally Kuntsmann. Menurut dia, semua kisah tentang Estadio Nacional tidak boleh dihapuskan. ’’Saya yakin setiap warga Cile tahu benar tentang kengerian kudeta militer di era Pinochet. Mereka harus tetap mengingat dan merasakan bahwa pelanggaran hak asasi manusia pernah terjadi di sini,’’ harapnya. Kuntsmann dipenjara lantaran menolak berjabat tangan dengan Pinochet.
Menteri Olahraga Cile Natalia Riffo mengharapkan Estadio Nacional kembali menjadi sebuah tugu peringatan. Bukan hanya peringatan tentang kekejaman diktator Pinochet, melainkan juga peringatan akan kejayaan sepak bola negara Arturo Vidal itu. ’’Estadio Nacional lebih dari sebuah tempat olahraga,’’ tegasnya. (http://www.jawapos.com)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar