Maret 09, 2015

Horor di Ruang Eksekusi Mati di Amerika Serikat


14218582121219563728
Horor di Ruang Eksekusi Mati
——-
America continued its experiment with lethal injection drugs in 2014. The first four executions were carried out using four different drug combinations. At least three of the executions in 2014 were badly mishandled, with prisoners gasping for air or struggling over prolonged time periods. In almost all of the executions in 2014, states withheld critical information about the process from both the inmates and the public. (Botched Executions Result in Outcry and Delay. The Death Penalty in 2014: Year End Report, DPIC. page-4-5).
——-
Kisah horor ini terjadi di ruang eksekusi saat eksekusi hukuman mati berlangsung di beberapa negara bagian di Amerika Serikat. Alasan unsur manusiawi, terpidana mati yang seharusnya dieksekusi mati secara cepat dan kilat, dengan meminimalkan rasa sakit justru berubah menjadi jeritan memilukan, mengubah hening menjadi horor serta siksaan yang mengerikan, menggetarkan dan mengiris sanubari. Pemerintah AS menjadikan terpidana mati sebagai kelinci percobaan formula obat baru. Memorakporandakan dan menghinakan sisi kemanusiaan dengan tak terkirakan.
Sadis dan kejamnya AS terhadap warga negaranya sendiri saat eksekusi berlangsung tercermin dalam laporan DPIC yang dikutip di atas. Terpidana mati dijadikan sebagai kelinci percobaan terhadap penerapan formula obat kimia dalam salah satu cara eksekusi: SUNTIK MATI. Dan anehnya hal ini sedikit pun tidak menyentuh rasa kemanusiaan aktivis HAM, UNHR atau bahkan negara-negara pegiat HAM. Mereka seolah menutup mata terhadap fakta ini. Tak ada protes, tak ada kecaman, bahkan tak ada sindiran sekalipun secara spesifik. Sepi dan sunyi. Bagai tak terjadi apa-apa.
Pada peristiwa itu, sedikit sekali bahkan nyaris tak terdengar ungkapan rasa kemanusiaan yang menyentuh hati dari para pegiat itu sebagaimana yang mereka teriakkan dengan lantang dan heboh jika negara lain yang melakukan eksekusi hukuman mati yang bahkan dilakukan dengan cepat-kilat, padahal lembaga non-profit Death Penalty Information Center (DPIC) di AS secara jelas dan gamblang menuliskan kisah-kisah tersebut dalam laporan akhir tahunannya: The Death Penalty in 2014: Year End Report. Entah Pemerintah AS yang pandai menyembunyikan peristiwa horor tersebut atau para pegiat HAM yang tidak bisa mengetahui hal ini. Atau mereka para pegiat itu sebenarnya tahu, tapi mereka diam-diam menyelinap pergi dari peristiwa itu dan pura-pura tidak tahu, karena itu terjadi di negara AS negara kiblat pelaksaanaan HAM dunia.
Sebagaimana kita ketahui Amerika Serikat menerapkan 5 macam cara eksekusi pada hukuman mati, yaitu suntik mati sebagai cara hukuman mati yang paling banyak digunakan oleh 35 negara bagian dan Pemerintah Amerika Serikat, disusul kursi listrik, kamar gas, gantung dan tembak mati. Suntik mati telah dilakukan pada terpidana sebanyak 1187 orang, kursi listrik 158 orang, kamar gas 11 orang, gantung 3 orang, dan tembak mati sebanyak 3 orang per November 2014. Lihat infografis sebagai berikut.
14218584081567815431
Jumlah dan Cara Eksekusi Mati di AS Per November 2014
Sumber data dokumen pribadi
Eksekusi suntik mati ditemukan di Amerika Serikat pada tahun 1977. Pada waktu itu obat bius yang digunakan adalah thiopental yang dikombinasikan dengan obat lain. Pada tahun 2010, karena suplai thiopental kurang padahal obat mematikan itu sangat dibutuhkan oleh semua negara bagian. Adalah reporter Arizona Republic Michael Kiefer — melalui catatan resmi yang terdokumentasi penggunaannya oleh masyarakat dan banyak laporan– mencatat bahwa Arizona dan negara bagian lainnya yang selama ini memperoleh pasokan obat mematikan itu dari sumber yang tepat ternyata telah terputus, dan kemudian beralih ke pentobarbital barbiturat. Namun, produksi pentobarbital pun segera dikontrol dan dibatasi penjualannya demi menghindari penyalahgunaan eksekusi. Beberapa tempat penjualannya malah dihentikan sama sekali karena dianggap mendukung eksekusi mati yang dilarang oleh hukum Eropa. Dan beberapa perusahaan yang memproduksi obat-obatan tak ingin dianggap sebagai penjual yang membantu untuk membunuh manusia. Pada akhir tahun 2013, pentobarbital juga menjadi tidak tersedia lagi untuk kepentingan eksekusi.
Oleh karena itu, negara-negara bagian yang menerapkan hukuman mati berebut menggunakan obat yang mematikan untuk keperluan eksekusi terpidana mati. Inilah awal kisah-kisah horor mengerikan yang tak kurang dari 30 kali itu terjadi di Amerika Serikat. Berikut sebagian kecil kisah horor itu.
14218585171975378956
Eksekusi Suntik Mati
Di Negara Bagian Ohio
Pada 16 Januari 2014, Ohio menggunakan kombinasi obat mematikan baru yang belum pernah dicoba sebelumnya di AS, yaitu midazolam (obat penenang) dan hydromorphone (turunan morfin). Ada peringatan bahwa kombinasi obat tersebut bisa jadi cukup untuk menyebabkan kematian cepat dan manusiawi, tapi tidak ada kesempatan untuk penyelidikan ilmiah yang lengkap tentang apa yang mungkin terjadi.
Terpidana mati Dennis McGuire (53 tahun) setelah disuntik formula obat baru tersebut pada 10:29 am, sekitar empat menit kemudian ia mulai berusaha dan terengah-engah keras untuk menghirup udara. Upaya itu membuatnya mengeluarkan suara dengusan dan seperti suara tersedak yang keras yang berlangsung selama setidaknya 10 menit. Dadanya terlihat turun naik dan tinju kirinya mencengkeram, suara dengusan keras terlontar dari mulutnya. Hal itu berlangsung terus-menerus sebelum ia dinyatakan meninggal pada jam 10:53 am.
McGuire berbaring meregang nyawa dengan cara yang mengerikan selama hampir setengah jam di ruang eksekusi di mana di ruang lain tanpa jendela kedua anak dan istrinya saling berpelukan menangis histeris menyaksikan dengan wajah ngeri saat ayah mereka McGuire menegang tersentak dan berjuang keras melawan pengaruh obat-obatan hingga saat meregang nyawa. Demikian juga, semua saksi eksekusi saat itu menahan napas dengan wajah ngeri tegang menyaksikannya. Tontonan horor nyata yang tak terkirakan dilalui setiap detiknya waktu sampai 24 menit berlangsung.
Tidak ada eksekusi telah dilakukan di Ohio sejak saat itu. Parlemen negara bagian itu akhirnya mempertimbangkan undang-undang baru untuk menyembunyikan sumber obat yang diterapkan dan identitas tenaga medis yang ikut andil menerapkannya.
Di Negara Bagian Oklahoma
Pada 29 April 2014, Oklahoma melakukan kesalahan yang sama dengan apa yang terjadi di Ohio. Negara bagian AS ini mengeksekusi terpidana mati Clayton Lockett (38 tahun) di Penjara Negara Bagian Oklahoma di McAlester, Oklahoma. Eksekusi dilakukan dengan menggunakan salah satu obat yang sama yang gagal di Ohio.
Petugas medis berusaha memasukkan IV (Intra Venous) untuk menyalurkan obat mematikan itu, namun ia tak dapat menempatkan pada vena yang tepat di lengan Lockett si terpidana mati. Walaupun usaha telah dilakukan untuk mencari dan memasukkan IV dalam vena femoralis, tapi rupanya penyisipan itu malah menembus pembuluh darah, sehingga obat tersalur ke dalam jaringan sekitarnya. Apa yang terjadi pada McGuire pun terjadi pada Lockett. Ia merasakan penderitaan selama 43 menit, lebih lama dari McGuire. Dalam keadaan sadar selama itu, ia menggeliat, mengerang, mengejang, dan berteriak selama proses eksekusi itu. Juga, ia tampak berusaha keras untuk bangkit dari meja eksekusi selama empat belas menit batas waktu melewati prosedur seharusnya, meskipun telah dinyatakan tidak sadar. Akhirnya, sipir membubarkan eksekusi itu dan segera menutup tirai ruang eksekusi tersebut agar para saksi tak menyaksikan adegan yang mengerikan tersebut.
14218597331113752436
Berita Tentang Eksekusi Clyaton Lockett yang Gagal di Oklahoma, AS
Setelah itu Lockett tak sadar, beberapa saat kemudian kematian Lockett itu diumumkan akibat serangan jantung yang dideritanya, bukan karena obat yang disuntikkannya. Tragis.
Oklahoma pun menghentikan eksekusi yang tersisa pada tahun 2014 itu. Dan kemudian mempersiapkan eksekusi selanjutnya dengan merenovasi ruang eksekusi dan membatasi jumlah saksi di ruang eksekusi tersebut.
Di Negara Bagian Arizona
Ada dengusan napas berat yang terengah-engah sebanyak 640 kali selama dua jam, demikian salah satu saksi yang sempat menghitung jumlah napas yang dilakukan oleh Joseph Rudolph Wood saat suntikan obat mematikan itu memasuki tubuhnya melalui saluran IV saat ia dieksekusi mati di Arizona pada 23 Juli 2014.
Joseph Rudolph Wood diikat ke tempat tidur beroda. Petugas medis penjara berpakaian jumpsuit oranye siap untuk mengatur infus di tangannya. Saat itu pukul 1:30 sore di Perumahan Unit 9, ruangan kecil berlantai satu berupa sebuah bangunan yang terbuat dari semen itu berdiri bebas. Tempat itulah eksekusi dilakukan di Penjara Arizona Complex-Florence. Ruang seluas 15 x 12 ft persegi itu dicat biru yang menenangkan, dengan tiga baris anak tangga ke atas, dari jendela besar yang tampak tembus sampai ke ruang injeksi mematikan injeksi di depannya ada jendela-jendela yang terhubung kamar gas di bagian ruang belakang. Undang-undang Federal mengharuskan saksi melihat setiap tahap eksekusi mati, termasuk pemasangan IV. Tapi di Arizona, hal itu dilakukan melalui kamera.
Menurut reporter Arizona Republic yang telah sekian kali menyaksikan eksekusi mati, biasanya terpidana mati ekspresi wajahnya memperlihatkan rasa malu dan menatap ke arah langit-langit. Kemudian, matanya menutup perlahan dan ia berhenti bergerak, kecuali bagian dada terlihat ada gerakan hirupan napas yang lambat dan kemudian berhenti. Wajahnya mengendur, mulutnya tertutup rapat. Tak kurang dan tak lebih antara 10 sampai 11 menit. Eksekusi Wood tidak berbeda pada awalnya. Mungkin dia tersenyum, tapi hanya sedikit. Dia mengambil beberapa teguk air dan menutup matanya. Pendeta pun berhenti berdoa.
14218602041452760224
Joseph Wood Dua Jam Dalam Penderitaan yang Sangat
Reporter Arizona Republic Michael Kiefer melaporkan bahwa Wood tidak sadarkan diri pada 01:57 siang. Namun sekitar 02:05, ia mulai terengah-engah. Wood memutar kepalanya dan memandang penasaran pada 20 atau lebih saksi di dalam ruangan. Dia menatap keluarga korbannya, para suster dan saudara ipar dari Debra Dietz, pacarnya yang dia bunuh, berada bersama dengan ayahnya, Eugene, di Tucson pada tahun 1989. Wood tersenyum bahkan tertawa, lalu kepalanya tersentak kembali menatap langit-langit. Di sebelah saya, pendeta untuk Wood, mulai menghitung manik-manik pada rosario. Bibirnya bergerak diam-diam dalam doa. Tiga pengacara Wood duduk di belakangnya.
Wood mengucapkan kata-kata terakhirnya: tidak ada permintaan maaf untuk keluarganya, hanya pernyataan tentang bagaimana dia telah menemukan Yesus, yang ia berharap akan mengampuni mereka semua. “Itukah kata-kata terakhir Anda?” tanya sipir. “Iya Pak.” Itu 01:54. Obat-obatan sudah mulai mengalir melalui infus. Eksekusi telah dimulai.
Empat menit lewat dari waktu prosedur seharusnya, dokter muncul dari sisi lain jendela. Wood diperiksa, mata dan denyut nadinya. Dokter itu berkata lewat mikrofon, “Ini pasti bahwa dia sudah terbius.” Tampaknya telah terjadi kekhawatiran tentang obat yang digunakan dalam eksekusi ini, koktail dari midazolam yang mirip valium dan narkotika yang disebut hydromorphone. Saksi-saksi eksekusi di Florida, di mana obat itu digunakan pada Oktober lalu, mencatat bahwa formula obat itu membutuhkan waktu lebih lama dari biasanya. Eksekusi Ohio pada bulan Januari pun memerlukan lebih dari 20 menit dan pengacara hukuman mati pun mengklaim bahwa itu waktu yang terlalu lama.
Pengacara Wood mengajukan mosi di pengadilan negara bagian dan federal mengungkapkan kekhawatirannya atas obat itu, sayangnya departemen yang berwenang menolak memberikan informasi tentang batch tertentu obat-obatan yang telah diperoleh. Pelaksanaan eksekusi tertunda dua kali, pertama ditunda pada hari Selasa oleh Mahkamah Agung AS. Penundaan kedua pada Rabu pagi, akhirnya Mahkamah Agung Arizona menyetujui eksekusi dijadwalkan kembali dari 10:00 pagi - pukul 13:00 menjadi setelah siang hari Rabu. Pada awal eksekusi Wood tak muncul rasa kekhawatiran itu.
Kemudian pada 02:05, mulut Wood terbuka. Tiga menit kemudian terbuka lagi, dan dadanya bergerak seolah-olah dia bersendawa. Kemudian dua menit lagi, dan lagi, mulutnya terbuka kali ini lebih lebar. Tidak berhenti di situ, lalu ia menelan ludah seperti ikan di darat. Gerakan itu seperti gerakan piston: Mulut terbuka, dada naik, perut mengejang. Dan ketika dokter datang untuk memeriksa kesadarannya dan menyalakan mikrofon mengumumkan bahwa Wood masih terbius, kami bisa mendengar Wood bersuara: mendengkur, mengisap, mirip dengan ketika filter kolam renang mulai mengambil di udara, suara yang lebih keras dibanding suara saya yang bisa tiru, meskipun saya telah mencoba. Ia mati suri. Dan itu berlangsung selama satu jam setengah.
14218605652038163417
Michael Kiefer Wartawan Arizona Republic Saksi Eksekusi Mati di Arizona Amerika Serikat
Kiefer mengisahkan, “Saya membuat coretan pensil pada kertas catatan setiap kali mulutnya terbuka, dan menandai lebih dari 640 coretan, bahkan tidak semua tercatat, karena dokter menjenguknya setidaknya empat kali dan menghalangi pandangan saya.” Saya berpaling ke teman saya Troy Hayden, “si jangkar” dan reporter dari Fox 10 News, yang duduk di sebelah saya. Troy dan saya menyaksikan eksekusi lain bersama-sama pada tahun 2007, dan ia telah melihat sekali sebelum eksekusi itu, jadi dia juga tahu apa yang akan terlihat. “Saya tidak berpikir dia akan mati,” kata saya. Sesaat kemudian, Troy berpaling kepada saya dan berbisik, “Saya pikir kau benar.”
Si Pendeta meletakkan salib di akhir rosario di bangku dan menatap wajah Yesus. Saya bertanya-tanya apakah ada rencana B, beberapa dosis obat lain, sesuatu untuk mempercepat kematian itu. Atau seseorang untuk menghentikannya. Tampak Wood seperti sedang mengambang, malah dua pengacaranya meninggalkan ruangan. Saya kemudian mengetahui bahwa mereka telah mencoba mengajukan mosi untuk mengentikan eksekusi itu. Akhirnya, Wood mulai terkesiap lebih jarang. Sekali, dua kali, terpisah oleh menit; ia berhenti di 03:36. Pada 03:40 dan 03:48, dokter memeriksanya dan berucap dia “masih terbius.”
Semenit kemudian, Department of Corrections Arizona Direktur Charles Ryan muncul di jendela berdampingan dengan brankar Wood, seperti seorang narator. Itu seperti sebuah adegan yang menampilkan manajer panggung dalam bermain Thornton Wilder, “Our Town.” Atau mungkin seperti Rod Serling di “Twilight Zone.” Eksekusi telah selesai, katanya. Tirai ditutup. Para saksi yang hadir keluar. Salah satu pengacara Wood mengatakan, “Percobaan (obat mematikan untuk eksekusi mati yang) gagal.”
——-mw——-
*) Penulis adalah Jokowi Lover yang lebih cinta Indonesia.
**) Sumber bacaan
1. http://murderpedia.org/male.M/m1/mcguire-dennis.htm
2. http://murderpedia.org/male.L/l1/lockett-clayton.htm
3. http://murderpedia.org/male.W/w/wood-joseph.htm
4. The Death Penalty in 2014: Year End Report. DPIC. PDF. 2014. Web. 18 Januari 2015
(http://hukum.kompasiana.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar