Januari 10, 2016

Wanita Ini Meninggal Usai Terapi Chiropractic

Hasil gambar untuk Allya Siska Nadya

Hati-hatilah ketika memilih alternatif pengobatan. Jangan hanya sepenuhnya mengambil pendapat dari satu sumber. Ada baiknya mencari pendapat lain agar jelas betul alternatif pengobatan yang dapat ditempuh.
============   

Mimpi Allya Siska Nadya untuk kuliah di Perancis pupus sudah. Anak keempat dari keluarga Alfian Helmy ini menghembuskan nafas terakhirnya pada Agustus 2015 lalu di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan, setelah mendapatkan sebuah terapi di klinik chiropractic Pondok Indah.

Alfian menceritakan, awalnya Siska mengeluhkan nyeri pada leher dan tulang belakang. Menurutnya, keluhan itu mungkin saja muncul lantaran Siska selalu menenteng bawaan berat, yakni tas berisi laptop. Siska pun sempat menjalani fisioterapi atau sekadar pijat.

Setelah sembuh, ia kembali bekerja seperti biasa. Namun, keluhan pada bagian tulang belakang muncul lagi setelah beberapa bulan kemudian.

Siska berencana pergi ke Perancis pada 18 Agustus 2015 untuk meneruskan pendidikan S-2. Sebelum berangkat, ia ingin mengatasi masalah pada tulang belakangnya terlebih dulu.

“Lalu dia bilang ke mamanya, kepengin kalau ke sana (Perancis) sudah nggak punya keluhan lagi. Jadi dia mau pengobatan dulu di sini (Jakarta) biar bisa fokus belajar nanti,” terang Alfian seperti dikutip Kompas.com, Rabu (6/1/2016).

Pilihan pengobatan pun jatuh pada terapi chiropractic. Lalu pada tanggal 5 Agustus 2015, Siska mendatangi klinik terapi chiropractic yang ada di kawasan Pondok Indah sebab berada tidak jauh dari tempat-tinggalnya. Siska menjalani konsultasi terlebih dulu dan bertemu dengan terapis asing, Randall Caferty.

Setelah dirasa cukup konsultasi itu, menurut Randall, Siska perlu menjalani terapi sebanyak 40 kali dengan membayar Rp17 juta. Namun, Siska menolak karena ia harus berangkat ke Perancis pada 18 Agustus 2015. Akhirnya, Randall menawarkan paket terapi 40 kali menjadi dilakukan dua kali sehari.

Dengan anggapan Randall adalah dokter yang ahli, Siska pun percaya dan menyetujui untuk menjalani terapi.

Esok harinya, pada 6 Agustus 2015, Siska kembali ke klinik pada pukul 13.00 untuk menjalani terapi chiropractic dan juga langsung membayar lunas biaya terapi sebesar Rp17 juta. Sore harinya, Siska kembali menjalani terapi dengan ditemani ibunya.

Alfian mengatakan, terapi itu dikerjakan secara langsung oleh Randall. Sang ibu pun sempat terkejut melihat bagaimana cara terapi dilakukan dengan sangat singkat.

“Mamanya waktu lihat pengerjaannya sudah terkejut. Dia (Siska) ditengkurepin, terus datang si Randall ngangkat dia punya kepala lalu putar ke kiri, ke kanan, kretek, kretek. Selanjutnya diambil dipinggulnya, putar ke kiri, ke kanan. Prosesnya paling lima menit saja,” terang Alfian.

Waktu itu Alfian menjemput istri dan anaknya di klinik. Sekitar pukul 20.00, mereka tiba di rumah. Alfian melihat sedikit perubahan pada diri Siska saat itu.

“Dia diam nggak seperti biasanya, seperti ada sesuatu. Dia karakter anaknya, selagi dia bisa tahan, dia tahan (sakit). Dia nggak mau ngerepotin orang,” lanjut Alfian.

Sekitar pukul 23.00, Siska meringis kesakitan pada bagian lehernya. Baru kali ini Alfian melihat putri bungsunya terlihat kesakitan luar biasa. Siska pun langsung dilarikan ke unit gawat darurat di RSPI pada tengah malam itu.

Alfian mengungkapkan, berdasarkan catatan medis tim dokter di RSPI, Siska juga mengalami kesemutan pada bagian leher hingga lengan dan bagian belakang lehernya membengkak. Diduga ada pembuluh darah yang pecah.

Untuk memastikan hal itu, harus segera dilakukan MRI (Magnetic Resonance Imaging) -- gambaran pencitraan bagian badan yang diambil dengan menggunakan daya magnet yang kuat mengelilingi anggota badan. Sayangnya, Siska sempat kehilangan kesadaran dan denyut jantungnya melemah sehingga MRI tak bisa segera dilakukan bilamana kondisi tidak stabil.

Dalam kondisi seperti itu, sekitar pukul 06.00, dokter menyatakan bahwa Siska telah tiada. Keluarga pun harus merelakan kepergian Siska yang telah pergi dalam waktu relatif singkat.

Alfian tak pernah menyangka bahwa Siska meninggal dunia karena awalnya hanya masalah keluhan di tulang belakang. Keluarga pun melaporkan kasus dugaan malapraktik oleh dokter asing ke Polda Metro Jaya pada 12 Agustus 2015.

Saat itu, Randall sudah dua kali dipanggil untuk dimintai keterangannya oleh pihak kepolisian. Namun, dia tak pernah memenuhi panggilan dan diketahui sudah kembali ke negara asalnya, Amerika Serikat. Randall diduga tak memiliki izin praktik di Indonesia.
Alfian berharap pihak berwenang bisa memberikan pengawasan dan peraturan yang lebih ketat mengenai kompetensi dokter ataupun terapis yang berpraktik. Alfian mengingatkan pula warga masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam memilih pengobatan.

Dia berharap tak ada “Siska-Siska” lainnya yang menjadi korban. Ini sebuah pelajaran agar kita tidak sembarang melakukan pengobatan. Pilih klinik atau rumah sakit yang memang telah memiliki reputasi bagus dan angka kematian fatal pasien relatif kecil. (BN)


Boks:

Terapi Chiropractic, Koreksi Tulang Tanpa Rasa Sakit

Istilah Chiropractic barangkali masih awam bagi telinga kita. Padahal, terapi ini telah dikenal hingga mendunia. Chiropractic ditemukan pada tahun 1895, oleh Daniel David Plamer, seorang imigran asal Kanada yang tinggal di Amerika Serikat.

Kemudian chiropractic berkembang pesat di beberapa negara seperti Amerika, Australia, Selandia Baru, dan Kanada. Perkembangan Chiropractic di Indonesia terkesan lambat karena selama ini hanya dapat diklasifikasikan sebagai terapi pendamping.

Chiropractic adalah metode terapi yang memfokuskan pada pengkoreksian tulang belakang, otot, dan persendian saraf. Koreksi yang dimaksud adalah membantu pergerakan sendi tulang belakang menjadi optimal, sehingga menghilangkan iritasi pada susunan saraf pusat yang terletak di tulang belakang. Chiropractic percaya susunan pada saraf pusat mempengaruhi semua elemen kehidupan kita, mulai fungsi dari sel, jaringan, sampai organ. Selain itu, semua kegiatan tubuh diatur oleh saraf, mulai dari bergerak, merasakan, hingga mekanisme semua sistem dalam tubuh kita.

Dokter Inez, praktisi chiropractic dari Citralife Chiropractic, mengatakan, “Terapi utama dalam chiropractic adalah koreksi terhadap subluksasi, yaitu gangguan pada letak ataupun fungsi tulang belakang.”

Ia menambahkan, setelah melakukan pemeriksaan (terutama motion palpation), yang dikoreksi itu adalah sendi yang tidak bergerak optimal, sedangkan untuk sendi yang sudah bergerak tidak dikoreksi, karena dapat menimbulkan hypermobility. Namun, ranah chiropractic juga memiliki cakupannya sendiri, bila pasien mengalami dislokasi (geser), maka harus segera dirujuk ke dokter Ortopedi. Hal tersebut juga berlaku bagi kondisi fraktur serta malignansi (keganasan).

“Bila pasien dengan disc bulging mengeluh nyeri atau kesemutan, maka masih bisa diobati dengan chiropractic. Yang harus diperhatikan bila ada tanda-tanda seperti rasa lemah pada tungkai bawah, tidak dapat mengontrol buang air kecil dan besar serta ada rasa mati di daerah kemaluan (saddle anesthesia), harus segera dirujuk karena itu sudah tidak dapat ditangani chiropractor,” terang Dokter Inez sebagaimana dilansir http://citralife.com. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar