Januari 08, 2015

Pengosongan Kompleks Siliwangi Ricuh


BERUSAHA BERTAHAN: Ibu-ibu yang tinggal di Kompleks Batalyon Siliwangi berusaha menghadang petugas yang akan mengosongkan lokasi tersebut. (Haritsah Almudatsir/Jawa Pos)
Penertiban Kompleks Batalyon Siliwangi, Cililitan, Kramatjati, Jakarta Timur, berlangsung ricuh Kamis pagi (8/1). Ratusan warga yang menempati lahan sekitar empat hektare milik Kodam Jaya itu melakukan perlawanan. Aksi dorong-dorongan mewarnai eksekusi tersebut. Namun, akhirnya, warga hanya bisa pasrah saat petugas mengosongkan rumah-rumah mereka secara paksa.
Suasana menegangkan sudah tampak sejak Rabu malam (7/1). Saat itu warga yang mengetahui akan adanya pengosongan protes. Bahkan, mereka sempat membakar ban di pintu masuk kompleks hingga memacetkan arus lalu lintas di sekitar lokasi. Mereka pun berjaga hingga pagi. Nah, pada pukul 06.00 kemarin warga memasang barikade. Mereka menutup portal Jalan Jambul Lama yang merupakan akses menuju kompleks tersebut.
Mereka juga membakar ban di tengah Jalan Dewi Sartika. Sontak, arus lalu lintas dari Cililitan menuju Cawang ke dua arah lumpuh total. Namun, usaha warga untuk menghalangi petugas akhirnya sia-sia. Sekitar pukul 08.00, ratusan pasukan TNI-AD yang dilengkapi pentungan dan tameng merangsek masuk. Kericuhan pun terjadi. Warga terus berusaha menghalangi. Namun, anggota terus berhasil merangsek masuk. Bentrokan fisik akhirnya tidak terhindarkan. Beberapa warga yang terkena pentungan jatuh karena terlibat saling dorong.
Namun, tidak sampai sejam, warga menyerah. Ratusan petugas pun leluasa masuk ke permukiman dan mengeluarkan berbagai perabotan. Lalu, barang tersebut diangkut ke truk 98 TNI yang disiagakan. Selanjutnya, barang-barang itu diantarkan ke tempat yang diinginkan warga.
Tangis histeris warga pun pecah. Salah satunya, Yuani, 50, warga RT 02/10, Cililitan. Dia tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Rumah yang dibangun dengan dana puluhan juta raib dalam sekejap. Sampai petang kemarin dia bingung mau tinggal di mana. Padahal, dia sudah lebih dari 30 tahun tinggal di tempat tersebut. ’’Saya kena pukul di kepala. Sekarang saya bingung mau tinggal di mana. Kemungkinan, saya tinggal di rumah saudara dulu,’’ ujarnya dengan isak tangis.
Kepala Penerangan Kodam Jaya Letkol Inf Heri Prakoso menyatakan, jauh hari pihaknya sudah menyosialisasikan penggusuran itu. Namun, sampai batas waktu yang ditentukan, warga tetap bertahan. Makanya, pihaknya melakukan pengosongan secara paksa. ’’Langkah kami ini hanya mengamankan aset negara,’’ katanya kemarin.
Di atas tanah milik Kodam Jaya tersebut, terdapat sekitar 334 rumah. Sampai petang kemarin, proses pengosongan terus dilakukan. Seluruh bangunan itu akan dibongkar hingga rata dengan tanah. Selanjutnya, akan dibangun delapan tower asrama prajurit. Setiap tower rencananya mampu menampung 200 prajurit beserta keluarganya. ’’Tower tersebut digunakan sebagai asrama prajurit aktif. Nanti bentuknya seperti rumah susun,’’ ungkapnya.
Dia menambahkan, pengosongan kemarin melibatkan 2.700 personel gabungan. Yakni, terdiri atas 2.000 personel TNI dan 700 personel gabungan dari satpol PP, Polri, dishub, serta dinas damkar dan PB. Dia menegaskan, warga tidak memperoleh ganti rugi maupun uang kerohiman. Sebab, mereka selama ini tinggal di atas tanah negara. (www.jawapos.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar