Para
pendukung berdoa sambil memegang lilin, menjelang detik-detik eksekusi
mati terhadap 8 terpidana mati. Nusakambangan, Cilacap, 28 April 2015.
Adam Taylor/Getty Images
Lima belas menit sebelum tengah malam, keluarga korban menyalakan lilin sambil menyaksikan iring-iringan kendaraan yang membawa para narapidana ke lokasi eksekusi. Salah seorang dari keluarga membacakan doa. Tak lama kemudian, mereka mendengar suara tembakan keras. Suasana berubah menjadi histeris. Penasihat spiritual berusaha menenangkan keluarga.
Pada Rabu dinihari tadi, 29 April 2015, delapan terpidana narkoba menjalani eksekusi mati di Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. Selain duo Bali Nine (Andrew Chan dan Myuran Sukumaran), enam terpidana mati lainnya yang dieksekusi adalah Martin Anderson; Sylvester Obiekwe Nwolise; Okwudili Oyatanze; dan Raheem Agbaje dari Nigeria; kemudian Rodrigo Gularte dari Brasil; serta Zainal Abidin, warga negara Indonesia.
Pastor Tuhu Santoso memimpin misa di penjara Besi sebelum kedelapan terpidana masuk isolasi pada Sabtu lalu. Terpidana asal Nigeria, Raheem Agbaje Salami—yang dikenal dengan panggilan Stefanus, memberikan kesaksian bagaimana Yesus telah menyelamatkannya. Pada misa itu, Chan memainkan gitar dan membacakan ayat Alkitab yang menyatakan segala yang terjadi adalah kehendak Tuhan. "Tidak sehelai rambut pun jatuh tanpa seizin Tuhan," demikian ayat yang dibacakan Chan.
Chan dan Sukumaran menyatakan kepada Tuhu bahwa mereka meyakini adanya mukjizat dan Tuhan akan menyelamatkan mereka. Namun, jika mereka pada akhirnya dieksekusi, itu juga bagian dari rencana Tuhan.(www.tempo.co)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar