Januari 17, 2015

Kisah Saksi Mata Eksekusi Mati Narapidana


Kisah Saksi Mata Eksekusi Mati Narapidana
Mantan jaksa sekaligus anggota Komisi Pemberantasan Korupsi periode 2003-2007 Tumpak Hatorangan ingat betul pengalaman dia melihat eksekusi hukuman mati 27 tahun silam. Bagaimana tidak, eksekusi tersebut adalah yang pertama kali ia lihat.

Kepada Tempo Rabu pekan lalu, 7 Januari 2015, ia mengtatakan bahwa yang dihukum mati saat itu adalah seorang terpidana yang disebut terlibat dalam Gerakan 30 September 1965. Adapun eksekusi dilakukan di Kepulauan Seribu sehingga dirinya harus menyebrang dari Tanjung Priok.

"Kami berkumpul di Pelabuhan Tanjung Priok sejak tengah malam menjelang eksekusi," kata Tumpak. Penyebrangan ke lokasi eksekusi dilakukan dengan kapal patroli polisi.

Tumpak melanjutkan, regunya tiba di lokasi eksekusi menjelang subuh. Setibanya di lokasi, kata ia, dirinya sudah disambut dengan sekelompok regu tembak dari Kesatuan Pelopor Kepolisan RI yang siap siaga.


Tak jauh dari regu polisi tersebut, Tumpak melihat seseorang berpakaian hitam putih terikat di tiang. Seingat Tumpak, orang itu tampak tenang dan sama sekali tak menunjukkan ekspresi tegang maupun ketakutan. "Dia meminta matanya tak ditutup dan ikatan tali tangannya dikendurkan. Terlalu kencang ikatanya," kata Tumpak.

Tak lama setelah tali dikendurkan, regu tembak mengarahkan senjata ke dada pria tersebut. Sebelum senjata menyalak, terpidana itu meneriakkan sesuatu yang masih terus diingat oleh Tumpak.

"Setelah mati, kepala saya akan menoleh ke sebelah kiri," kata Tumpak menirukan ucapan terpidana. Dalam hitungan detik, senjata menyalak. Timah panas menembus dada terpidana tersebut dan ia pun terkulai.

"Seperti yang ia prediksi, kepalanya terkulai ke kiri. Dokter kemudian memastikan bahwa pria tersebut sudah meninggal. Ia disalatkan dan dikuburkan di pantai itu," kata Tumpak mengakhiri kisahnya.

Ahad dini hari, Kejaksaan Agung akan melakukan eksekusi hukuman mati terhadap enam terpidana. Mereka adalah Marco Archer Cordosa, Ang Kiem Soei alias Tommy Wijaya, Rani Andriani alias Melisa Aprilia, Namaona Denis, Daniel Enemuo, dan Tran Thi Bich Hanh. (www.tempo.co)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar